Mohon tunggu...
Himawijaya
Himawijaya Mohon Tunggu... Administrasi - Pegiat walungan.org

himawijaya adalah nama pena dari Deden Himawan, seorang praktisi IT yang menyukai kajian teknologi, filsafat dan sosial budaya, juga merupakan pegiat walungan.org

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Fritjof Schuon, Sang Metafisikawan Besar Abad Ini

7 Januari 2019   15:10 Diperbarui: 7 Januari 2019   15:23 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosok yang dikenal Khidir ini, tampak dalam penglihatan Schuon di tahun 1934-an. Di suatu hari, manakala dirinya sedang berada dalam zawiyyah Syaikh Alawi di Mostaghanem, pada perjamuan makan, seseorang misterius hadir di sana.

Penampakan sosok misterius ini, dengan postur tinggi dan penampakan wajah yang gelap. Sosok ini memakai jubah dengan tuduh kepala berwarna gelap, duduk bersama dalam lingkaran para salik. Mimik wajahnya tampak serius cukup menohok Schuon dengan kekuatan dan keagungannya.

Saat Schuon berdiri, beranjak menuju kamar zawiyyahnya sendiri, sosok misterius ini bangkit mendekatinya, menatapnya jauh ke dalam matanya lalu mencium kening Schuon. Dampaknya, Schuon merasakan getaran pemberkatan yang sangat kuat. Lalu ia melangkah ke laur zawiyyah, dan merasakan daratan dan laut yang demikian luas. Serta merta ia bermimpi tentang sebuah masa depan.

Sosok misterius tadi ikut keluar dari zawiyyah dan berhenti persis di depan dirinya. Mata biru-hitam dari sosok ini membuatnya tersihir, lalu tangan sosok ini mearih tangannya meletakkannya sedemikian rupa dalam posisi pemberkatan, lalu meminta Schuon untuk mengulangi apa yang diucapkannya.

Ia membaca ayat, "Ihdinas Shirotol Mustaqim" sebanyak tiga kali, lalu dalam bahasa Prancis, sosok ini berkata, "Aku telah mengenalmu demikian lama, terima kasih dan selamat tinggal". Serta merta ia berjaan dalam cahaya, menghilang begitu saja, dan menyadarkan Schuon dari visi spiritual ini.

Perjumpaan kedua dengan sosok ini terjadi di kota Oran. Saat itu ia berada di lantai bawah yang digunakan sebagai masjid, tempat sholat. Sehabis sholat, sosok misterius ini masih menggunakan jubah hitam dan dengan turban bewarna gelap, duduk bersebelahan dengan Schuon.

Schuon lantas mencium bahunya, sebagaimana tradisi terhadap tamu. Sosok ini meraih tangannya, menatap ke wajahnya dan berkata,"Bagi dia yang sendirian bersama Rabb-nya, apa pendapat orang-orang tak akan dihiraukannya, ia tak butuh mereka. Ia berada dekat (qarib) dengan Rabbnya di manapun, tanah airnya tak dimanapun, tapi di setiap tempat".

Serta merta Schuon bertanya perihal namanya. Sosok misterius ini tersenyum dan berkata, itu bukan perkara penting, tapi orang-orang memanggilnya dengan sebutan Ahmad. Setelah itu, sosok ini berdiri hendak melangkah pergi, Schuon serta merta meraih tangannya, mencium tangannya dan bahunya, dan orang tersebut melakukan hal yang sama. 

Tentunya pengalaman itu benar-benar terjadi di dunia fisik atau tidak, tak ada yang tahu. Seringkali kejadian seperti ini tampak personal. Surat-surat Schuon dengan para sesama pejalan, pada akhirnya kelak membuka kemungkinan bahwa ia adalah sosok Khidir, sang pembimbing spritual bagi para penempuh suluk. Wallahu alam.

***

Sebagaimana kehidupan Syaikh Alawi, dimana secara misi adalah mengenalkan Islam khsususnya dimensi bathinnya ke dunia luar, Schuon juga memiliki kecenderungan sebagai penerus Syaikh Alawi. Dalam khazanah tasawuf, para Nabi dan Rasul sebelum Rasulullah SAW, dihormati dan dijunjung tinggi. Para wali penerus Rasulullah SAW, dikenali secara spesifik dan spiritual dalam lingkup para Nabi dan Rasul tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun