Mohon tunggu...
Hilman Idrus
Hilman Idrus Mohon Tunggu... Fotografer

√ Penikmat Kopi √ Suka Travelling √ 📷

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Wisata Pantai Air Panas dan Legenda Gam Jaha di Bacan Timur

9 April 2025   07:31 Diperbarui: 9 April 2025   16:20 1186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pohon Mangrove yang berada di Selatan pantai wisata yang terlihat subur. foto: Hilman Idrus

Air Panas dan Legenda Gam Jaha

Di balik keindahan dan sensasi air panas di sepanjang pantai yang dijadikan lokasi wisata, ternyata menyimpan cerita legenda yang cukup populer bagi warga di desa Tawa maupun masyarakat  di kecamatan Bacan Timur.

Cerita rakyat yang hingga kini dipercaya oleh masyarakat tersebut, yakni Gam Jaha, Gam yang berarti kampung sementara Jaha yang artinya tenggelam. Seperti dituturkan Yesaskar Madito, konon di era kesultanan Bacan dahulu kala, ada sebuah perkampungan di pesisir pantai.

Karena ulah seorang warga, sehingga membuat kampung tersebut mendapat kutukan hingga tenggelam. Menurut cerita yang disampaikan oleh Yesaskar berdasarkan penuturan para tetua di desa Tawa, bahwa awal mula hingga desa tersebut mendapat kutukan karena berawal dari tindakan seorang warga yang menodai putrinya.

Adik ipar penulis saat berada di lokasi Air Panas kedua. Foto: Dok Pribadi
Adik ipar penulis saat berada di lokasi Air Panas kedua. Foto: Dok Pribadi

"Menurut cerita yang disampaikan oleh para tetua di kampung, saat itu masyarakat belum memeluk agama. Walaupun begitu, kehidupan masyarakat kala itu, sangat tahu jika mereka melakukan hal-hal yang dianggap bertentangan adat dan tradisi, maka mereka bakal mendapat sanksi atau teguran langsung dari alam," katanya.

Jadi, lanjut dia, ketika itu, masyarakat membuat acara (pesta) di desa, sehingga seorang warga mengkonsumsi minuman tradisional saguer (minuman yang diolah dari pohon enau), ia kemudian mabuk dan melakukan perbuatan yang bertentangan dengan adat istiadat, yakni menodai putri kandungnya.

Tindakan tersebut membuat sang putrinya murka, ia merasa malu lantaran kesuciannya telah direnggut oleh ayah kandungnya sendiri. Sehingga, ia mengancam kepada ayahnya bahwa ia tidak ingin melihat wajah ayahnya hingga mati.

Anak dan Istri penulis bersama adik-adiknya melakukan foto bersama dengan latar pulau Gam Jaha. Foto: Hilman Idrus
Anak dan Istri penulis bersama adik-adiknya melakukan foto bersama dengan latar pulau Gam Jaha. Foto: Hilman Idrus

Merasa gusar dengan tindakan yang dilakukan ayah kandungnya, si putri hendak berlari dari kampung untuk pergi menjauh selamanya, agar tidak lagi melihat wajah sang ayahnya, lantaran  ia merasa sangat malu untuk tetap berada di kampung.

Saat si putri hendak pergi, tanpa dinyana datanglah musibah yang menenggelamkan kampungnya. Kampung tersebut, sebagian tenggelam dan tak terlihat lagi, sementara sebagiannya menjadi pulau kecil yang kini disebut Gam Jaha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun