Air panas di pantai Tawa memang telah diketahui oleh warga di pulau Bacan pada puluhan tahun silam. Sehingga, lokasi ini sering didatangi oleh warga yang menderita penyakit gata-gatal dan Kusta.
Yesaskar Madito menceritakan, warga yang datang berobat dan berharap kesembuhan, sehingga bukan hanya sekadar melakukan terapi dengan menggunakan air panas, melainkan mereka membawa uang koin untuk dilempar ke laut sebagai ritual untuk kesembuhan penyakit mereka.
"Rata-rata mereka yang datang melakukan terapi di air panas, dan penyakit mereka sembuh. Sehingga, informasi tersebut mulai tersebar membuat orang-orang menilai air panas Tawa sangat tepat untuk terapi penyakit kulit dan Kusta," terangnya, Selasa (1/4/2025).
Karena ramai dikunjungi untuk berobat, maka di lokasi air panas kemudian dinamai Jiko Pado-Pado. Kata Jiko yang artinya Tanjung, sementara Pado-Pado berarti Kusta.
Hanya saja, kata Yesaskar, penyebutan Jiko pado-pado lebih familiar bagi masyarakat Tawa dan desa tetangga, sementara masyarakat lainnya lebih mengenal pantai air panas.
"Biasanya yang datang pukul 07 pagi yakni mereka yang melakukan terapi, sementara tujuan untuk menikmati pesona pantai, lebih banyak datang pada pukul 09 pagi atau siang hari," terangnya.
Selain bertujuan menikmati keindahan pantai air panas, para pengunjung kata Yesaskar juga kerap membawa telur ayam untuk menguji hawa panas di bibir pantai yang berada di sisi selatan pantai. Karena, di posisi inilah hawa panas sangat kuat bila dibandingkan pada bibir pantai yang berhadapan langsung dengan pintu masuk ke pantai.
"Di bagian selatan pantai memang hawa panasnya begitu kuat, jadi pengunjung yang meletakan telur ke dalam air, tak berlangsung lama telur pun matang," katanya.