Mohon tunggu...
Hilda priyanti
Hilda priyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

menuliskan pesan dan nasehat atau titah yang telah disampaikan oleh para guru,yang mana ingin menjadikan ladang inspirasi dan dakwah untuk para pembaca kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Salam untuk Erdogan dari Pondok Kecil

11 Juli 2022   08:29 Diperbarui: 11 Juli 2022   08:32 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suatu ketika saat pertemuan ikatan organisasi pesantren,yang dihadiri oleh para alumni pesantren ternama di Indonesia yang tersebar di penjuru dunia menyaksikan dengan saksama wejangan sang Kyai.Walaupun pertemuan dibatasi oleh jaringan internet dan kondisi 2 tahun terakhir ini yang marak oleh penduduk bumi tak menjadi penghalang untuk bertatap muka melalui media.

Alumni yang tersebar banyak dari mereka melanjutkan pendidikan magister maupun doktor, menjadi diplomat,dubes,ataupun ada juga yang diamanahkan oleh Kyai untuk menimba ilmu di negri sebrang,agar kelak ilmu yang didapatkan bermanfaat dan diajarkan kepada santri-santrinya di pondok.Maka dari itu pondok dinamis,tidak monoton dan tidak terbelakang,karena inilah siasat sang kyai untuk mencerdaskan dan menanamkan nilai intelektual kepada santri-santrinya yang kelak akan mengimplementasikan ilmu yang didapat untuk masyarakat.

Seperti yang selalu di nasehatkan oleh kyai untuk santri santrinya "Jadilah ulama yang intelek bukan ulama intelek yang tahu agama"

Diakhir pertemuan sang Kyai berpesan kepada salah satu diplomat Turki,sebut saja namanya bu Eli.Seorang diplomat sekaligus ibu yang bertitel santriwati dan masih aktif menjadi pengayom disalah satu organisasi umat,tak lepas dan tak lekang oleh pengabdian.Beliau merupakan salah satu alumni pesantren terbesar di Indonesia,tak disangka seorang wanita yang menyokong nama pesantren dan menjadi kebanggan Kyai.

"Bu Eli,saya minta sesuatu kepada sampean" ujar sang Kyai

"Siap Kyai,Insha Allah saya penuhi" jawab bu Eli tegas dengan tata krama sopan santunnya

"Tolong sampaikan kepada Presiden Erdogan,salam dari salah satu pondok pesantren Indonesia yang sebentar lagi akan mencapai umur satu abad di mohon untuk kehadirannya" pesan sang Kyai

Bu Eli pun terbelalak dan terkejut dengan pesan sang Kyai

"Ngapunten Kyai,saya hanya diplomat jangankan diplomat dubes saja sulit bertemu dengan Presiden" kali ini  bu Eli berbicara manggut-manggut dan tersenyum malu

"Tak apa bu Eli,aminkan saja Insha Allah bisa tersampaikan" ujar salah satu peserta zoom meeting

"Aamiin,Insha Allah Kyai"

Tak lama dari pertemuan ikatan organisasi pesantren,beberapa bulan kemudian bu ELi mendapat undangan dalam rangka penyambutan Presiden Turki,walaupun hanya sebagai pagar betis dan menyambut hangat dengan berbaris rapi dari sisi kanan dan kiri,disinilah pesan sang Kyai tersampaikan.

Tak ada penghalang untuk jalannya Presiden Turki ,langkahnya terhenti sejenak dan menoleh tepat di depan bu Eli,tak tahu apa yang difikirkan oleh Presiden kharismatik ini,tanpa babibu bu Eli mengambil kesempatan menyampaikan pesan sang Kyai

"Dengan segala hormat,saya sampaikan salam dari salah satu pondok kecil di Indonesia untuk Presiden Erdogan.Pondok yang berdiri setelah dua tahun runtuhnya Turki Utsmani.." belum selesai bu ELi berbicara bodyguard Prsiden menghalaunya,namun Presiden membiarkan bu Eli berbicara dan memberikan kode kepada pengawal untuk membiarkannya melanjutkan bicara.

"Lanjutkan" kata Presiden

"Sebentar lagi umur pondok mencapai satu abad,dimohon kehadiran Presiden untuk menghadiri acara pondok kami"

Presiden Erdogan terlihat seperti berfikir,tak lama dari itu melanjutkan langkahnya.Dengan hati dingin dan jantung berdebar bu Eli merasa puas walaupun entah akankah terfikirkan kembali oleh Presiden Erdogan perkataan bu Eli,yang terpenting adalah tersampaikan pesan daripada amanah Kyai kepadanya.

*diceritakan oleh wakil rektor saat kuliah umum

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun