Mohon tunggu...
HIKMAL AKBAR
HIKMAL AKBAR Mohon Tunggu... Karyawan Swasta

43224110041-S1 Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB - Dosen pengampu Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Diskursus 5 Tokoh Pentingnya Berpikir Positif Tentang Kehidupan

13 Oktober 2025   21:18 Diperbarui: 13 Oktober 2025   22:08 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Metode latihan Stoik yang disebut Askesis (áskēsis - disiplin diri) berpusat pada Dikotomi Kendali, yaitu praktik memisahkan dan membedakan secara tegas antara dua kategori: Fortuna (hal-hal di luar kendali kita, seperti nasib, kekayaan, opini orang lain, dan hasil akhir) dan Virtue (kebajikan, hal-hal yang sepenuhnya dalam kendali kita, yaitu pikiran, penilaian, dan tindakan kita sendiri). Tujuan dari askesis adalah melatih pikiran untuk melepaskan keterikatan pada Fortuna yang tidak stabil, dan sebaliknya, memfokuskan seluruh energi hanya pada pengembangan dan penerapan Virtue (kebijaksanaan, keberanian, keadilan, dan pengendalian diri), sehingga memungkinkan seorang Stoik, seperti Kaisar Marcus Aurelius, untuk tetap tenang, rasional, dan bijak (ataraxia) dalam menghadapi segala tekanan hidup.

PPT PROF APOLLO 7
PPT PROF APOLLO 7

Metode Askesis Stoik bertujuan utama untuk mengimplementasikan Dikotomi Kendali, yaitu memisahkan secara jelas antara Fortuna dan Virtue. Fortuna merujuk pada segala sesuatu yang berada di luar kendali pribadi, seperti nasib, keadaan eksternal, kesehatan, atau opini orang lain, yang semuanya bersifat tidak pasti dan sementara. Askesis melatih kita untuk menghadapi hal-hal di bawah kategori Fortuna ini dengan penerimaan tenang (acceptance), menyadari bahwa menentang atau mencemaskan apa yang tidak dapat diubah hanya akan menimbulkan penderitaan dan menghabiskan energi secara sia-sia.

Sebaliknya, Virtue merujuk pada segala sesuatu yang sepenuhnya berada dalam kendali kita—pikiran, penilaian, pilihan moral, dan respons kita terhadap peristiwa. Mengutip Marcus Aurelius, "Kamu memiliki kekuasaan atas pikiranmu – bukan atas peristiwa di luar dirimu." Oleh karena itu, latihan Askesis menginstruksikan kita untuk secara disiplin dan konsisten memfokuskan seluruh perhatian dan usaha pada pengembangan serta penerapan Kebajikan (seperti kebijaksanaan, keadilan, dan pengendalian diri), karena Virtue adalah satu-satunya sumber kebaikan dan kebahagiaan sejati yang kebal terhadap guncangan eksternal dari Fortuna.

PPT PROF APOLLO 8
PPT PROF APOLLO 8
Dalam menghadapi kasus di mana seorang pegawai gagal dipromosikan meskipun telah bekerja keras karena keputusan pimpinan (Fortuna), metode Askesis mengajarkan penerapan Dikotomi Kendali untuk menjaga ketenangan batin. Pegawai tersebut melatih dirinya untuk menerima hasil akhir promosi dan keputusan atasan sebagai bagian dari Fortuna yang berada di luar kendalinya, sehingga menolak untuk marah atau kecewa yang sia-sia. Sebaliknya, ia secara disiplin memfokuskan seluruh energinya pada Virtue—yaitu sikap profesional, kerja keras, kejujuran, dan ketekunan—karena kualitas-kualitas internal inilah yang sepenuhnya berada dalam kendali pribadinya dan merupakan sumber kebahagiaan sejati. Dengan mempraktikkan pemisahan ini, individu tersebut tetap tenang, mempertahankan martabatnya, dan terus berbuat baik sesuai nilai-nilai moral, menemukan ketenangan batin di tengah ketidakadilan atau ketidakpastian hidup.

PPT PROF APOLLO 9
PPT PROF APOLLO 9


Penerapan metode Askesis dalam Stoikisme juga melibatkan Kemampuan Membedakan antara Emosi dan Sensasi sebagai langkah fundamental menuju pengendalian diri. Sensasi (Sensation) didefinisikan sebagai reaksi alami, spontan, dan netral dari tubuh terhadap rangsangan luar—misalnya, merasakan dingin, sakit, atau terkejut saat mendengar suara keras. Sensasi adalah respons biologis yang tidak dapat dihindari dan tidak mengandung penilaian moral. Sebaliknya, Emosi (Emotion) adalah reaksi psikologis yang muncul setelah pikiran kita menilai (judgment) sensasi tersebut secara mental. Misalnya, terkejutnya tubuh karena suara keras adalah sensasi, namun kemarahan yang timbul karena kita menilai suara itu sengaja dibuat untuk menjatuhkan kita adalah emosi.

Pembedaan ini krusial karena menunjukkan bahwa emosi bersifat tergantung pada cara berpikir kita, bukan semata-mata pada peristiwa atau sensasi itu sendiri. Sebagaimana ditulis oleh Marcus Aurelius, "Jika kamu terganggu oleh sesuatu dari luar, yang mengganggumu bukanlah hal itu sendiri, tetapi penilaianmu terhadapnya." Oleh karena itu, melalui askesis, seorang Stoik dilatih untuk mengendalikan penilaian internal mereka terhadap sensasi yang masuk. Dengan mengelola penilaian mental ini, seseorang dapat mencegah sensasi netral berubah menjadi emosi negatif yang merusak, sehingga mencapai ketenangan batin (ataraxia) dan menjaga pikiran tetap rasional.

PPT PROF APOLLO 10
PPT PROF APOLLO 10


Para filsuf Stoik, seperti Marcus Aurelius dan Epictetus, membedakan secara ketat antara Sensasi (Aisthesis), yang merupakan reaksi tubuh alami, spontan, dan netral terhadap rangsangan luar (misalnya jantung berdebar karena terkejut), dengan Emosi (Pathos), yang merupakan hasil penilaian pikiran terhadap sensasi tersebut, bersifat positif atau negatif, dan dapat dikendalikan melalui rasio. Kemampuan untuk membedakan keduanya adalah inti dari latihan Stoik (askesis), yang memungkinkan seseorang tidak bereaksi secara impulsif dan mengembangkan pengendalian diri (prosoche). Dengan menyadari bahwa emosi muncul dari penilaian—bukan sensasi itu sendiri—kita dapat mengubah penilaian negatif (misalnya, merasa terhina) menjadi penilaian yang rasional (misalnya, berpikir "Mungkin dia sedang terburu-buru"), sehingga mengembalikan pikiran menjadi tenang.

PPT PROF APOLLO 11
PPT PROF APOLLO 11

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun