Mohon tunggu...
Badia Hikmah Safitri
Badia Hikmah Safitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

You can do it !! Let's get it !!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Belajar Menjaga Kelekatan pada Anak Melalui Film "Hope"

22 September 2021   21:39 Diperbarui: 10 Oktober 2021   14:29 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film "Hope"/Sumber: kumparan.com

Suatu pagi hujan deras, SoWon sibuk mengikat rambutnya sambil bersiap pergi ke sekolah sambil menonton drama anak-anak Kokomong. Hari itu, ibunya menawarkan untuk mengantar SoWon ke sekolah, tapi SoWon menolak dan memutuskan untuk pergi sendiri. Ibunya menyuruhnya untuk mengambil jalan utama, bukan gang belakang.

SoWon berjalan ke sekolah membawa payung kuning, seperti yang diperintahkan oleh ibunya untuk berjalan di jalan utama. Karena agak terlambat, SoWon tidak bisa menemukan siswa lain yang akan pergi ke sekolah. 

Di tengah jalan, dia bertemu dengan seorang pria mabuk yang tiba-tiba menyeretnya ke toilet gereja yang tidak digunakan, meninju wajah dan perutnya karena menolak membuka pakaian saat diminta, mencekiknya, dan merendam wajahnya di toilet sampai akhirnya dia keluar dan diperkosa oleh laki-laki.

Setelah melakukan aksi bejatnya, untuk menghilangkan barang bukti, pria itu mengambil pompa toilet dan terus membersihkan alat kelamin SoWon sehingga mengakibatkan kerusakan alat kelamin, usus besar, serta anus SoWon. 

Ia juga melakukan tindakan pencabulan lainnya yang melukai SoWon dengan serius, lalu ia langsung pergi meninggalkan SoWon. 

Untungnya, SoWon ditemukan dan selamat. Kondisi SoWon sangat buruk, ada banyak luka robek di wajahnya. Usus besar dan anusnya robek, mendorong tim dokter untuk mengangkat usus besarnya dan membuat anus buatan untuknya.

Trauma psikologis SoWon sangat parah dan menyebabkan dia berubah 180 derajat dari kepribadian sebelumnya. Sekarang dia murung, pemalu dan tidak ingin berbicara dengan siapa pun. 

Apalagi dengan laki-laki, SoWon menjadi tidak mau bicara apalagi menyentuh ayahnya, jika ayah masuk ke kamar, dia akan menutupi dirinya dengan selimut karena malu. 

Ayahnya, DongHoon sangat khawatir dengan kondisi SoWon, sehingga ia akhirnya menghubungi psikolog anak yang telah menangani banyak kasus korban kekerasan seksual. MiHee pada awalnya tidak setuju, pada akhirnya MiHee setuju untuk mencari bantuan psikiater ini agar SoWon bisa sembuh.

Rupanya psikiater itu memiliki seorang anak berusia 16 tahun yang juga mengalami pelecehan seksual, tetapi anak itu tidak tahan dengan rasa malu dan akhirnya bunuh diri, jadi dia sangat ingin membantu SoWon karena dia melihat sosok anaknya pada diri So-Won. 

Setelah beberapa sesi terapi, SoWon secara bertahap menjawab pertanyaan psikiater itu meskipun dia hanya mengangguk dan menggelengkan kepalanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun