Mohon tunggu...
Hida Al Maida
Hida Al Maida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Sumatera Utara

Seorang introvert yang menyukai seni, puisi, langit, bintang, hujan, laut, bau buku, dan menulis. Punya kebiasaan aneh berbicara dengan diri sendiri, dan mencoret-coret setiap halaman paling belakang buku pelajarannya karena merasa isi kepalanya terlalu meriah, riuh, dan berisik untuk didiamkan begitu saja. Gemar menulis novel, puisi, serta tertarik tentang banyak hal berkaitan dengan hukum, perempuan, dan pendidikan. Baginya, setiap hal di muka bumi ini adalah keindahan dan makna yang perlu diselami sampai jauh, sampai kita menemukan sesuatu bernama hidup.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kita Rehat Saja Dulu (Cerpen)

23 Juni 2023   20:40 Diperbarui: 23 Juni 2023   20:42 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kamu terlalu banyak ngomong, Kanaya." Hal yang dipendam-pendam Rihga selama ini, akhirnya tersuarakan.

Kanaya tersenyum lebar menanggapinya. "Bener," sahutnya semangat. "Tapi aku cuma banyak ngomong sama orang tertentu. Sama orang-orang yang kuizinkan masuk ke domainku karena gak berpotensi mencederai, melukai, menghalangi, atau bahkan mengubahku. Kak Rihga salah satunya."

"Aku gak merasa kita sedekat itu."

"Tapi kita satu dosen pembimbing. Menurutku itu udah cukup dekat, Kak Rihga. Dan lagian, kita juga pernah diskusi bareng di perpustakaan, minum kopi di ka---"

"Udah! Udah! Gak usah diperpanjang," potong Rihga. "Jangan karena kamu suka baca, suka bawa buku ke mana-mana, jadi sok pintar begitu walau konteksnya cuma menghadapi lawan bicara kamu yang notabenenya senior kamu. Percuma, tau gak? Hidup kamu cuma berputar-putar di buku, tapi bicaranya seolah tahu segalanya."

Kanaya---seperti yang dikatakan Rihga sebelumnya---dengan muka temboknya tersenyum lebar. "Aku gak keberatan Kak Rihga bilang begitu. Aku gak tersinggung loh, walau Kak Rihga bilang aku sok tahu segala hal. Tapi yang Kak Rihga gak sadar adalah, dari tadi aku bicara tentang persepsiku, dan aku gak memaksakannya ke siapapun. Aku cuma membaginya ke Kak Rihga."


Kening Rihga berlipat-lipat. Jiwa aktivis dan tukang debatnya tersulut jika Kanaya sudah memancingnya. Beruntung saja angkot yang ditumpanginya tak begitu ramai. Jika tidak, Rihga mungkin akan mengundang perhatian banyak orang.

"Poinnya adalah, kamu meledek aku yang suka demo dan menyuarakan keresahan banyak orang, benar?" tanyanya tak terima.

"Bukan hanya dalam konteks demo, Kak Rihga juga begitu kalau debat."

"Kamu---"

"Aku belum selesai, Kak Rihga. Ya, Kak Rihga mungkin bener soal wawasanku yang gak seluas Kak Rihga. Kak Rihga juga bener soal membangun relasi itu banyak manfaatnya, salah satunya mendapat validasi. Tapi bukan berarti jadi mahasiswa kupu-kupu itu buruk."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun