Mohon tunggu...
hesty kusumaningrum
hesty kusumaningrum Mohon Tunggu... Human Resources - swasta

seorang yang sangat menyukai film

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena "Kerajaan", Jangan Terjebak Ilusi

19 Januari 2020   21:01 Diperbarui: 21 Januari 2020   22:29 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
regional kompas.com

Baru-baru ini kita dibuat kaget dengan pemberitaan adanya kerajaan bernama Keraton Agung Sejagat  di Purworejo yang dipimpin olej Toto Santoso dan Fanni Aminadia. Toto sendiri menyebut dirinya Sinuhun.

Hasil pemeriksaan polisi dari para saksi dan yang bersangkutan sendiri, Toto mengaku menerima wangsit dari leluhur dan Raja Sanjaya keturunan raja Mataram untuk meneruskan pendirian kerajaan Mataram di kecamatan Bayan Purworejo. Dia meyakinkan pengikutnya bahwa jika ingin bernasib lebih baik dari keadaan saat ini, mereka disarankan untuk bergabung dengan Keraton Agung Sejagat.

Banyak orang yang terpukai dengan narasi yang dikemukakan oleh Toto dan kemudian  bergabung. Properti di kecamatan Bayan Purworejo dimana terdapat singgasana, kuda sebagai salah satu kendaraan bagi raja, dan beberapa orang petugas keraton yang memakai pakaian tertentu sehingga mirip benar-benar kerajaan.

Kini Toto Santoso dan beberapa pengurus inti 'kerajaan' itu ditangkap polisi . Menurut Polisi kerajaan yang didirikan Toto itu ditengarai berusaha menghimpun dana masyarakat untuk operasional kerjaan dan keperluan lainnya. Pada tayangan televisi disebutkan bahwa ada beberapa pengikut yang mengaku sudah melibatkan diri dengan menyumbang kerajaan itu beberapa juta.

Rekrutmen selain dilakukan dengan cara konvensional juga dilakukan dengan media sosial. Suasana kerajaan Keraton Sejagat yang punya prajurit dan sebagainya di kecamatan Bayan sering kita jumpai media sosial.

Keraton Agung Sejagat yang diaku punya keterkaitan dengan raja Mataram adalah ilusi yang ditawarkan penggagas kerajaan itu. Mereka membangun narasi-narasi yang dipercaya oleh orang yang kemudian menjadi pengikutnya. Mungkin saja narasi-narasi itu berisi janji-janji akan ketenangan dalam menghadapi kehidupan. Mungkin juga menawarkan kemudahan-kemudahan di masa depan jika bergabung dengan keraton itu.

Mungkin saja narasi yang dibangun oleh pelaku dalam hal ini Toto  begitu menyakinkan sehingga banyak orang menyanggupi untuk bergabung. Fenomena ini tentu menyedihkan bagi kita sebagai bangsa karena sebagian (kecil) masyarakat yang percaya dengan ilusi-ilusi yang ditawarkan oleh orang-orang tersebut.

Rasionalitas dan akal sehat dan diperparah dengan membaginya di media sosial melengkapi anggapan bahwa sebagian masyarakat kita masih mudah terperdaya dengan berbagai hal yang tidak masuk akal sehat. 

Terlepas dari keraton sejagat,  mudah terperdayanya masyarakat kita memang terlihat selama 10 tahun terakhir ini karena hoaks dan tipu daya marak di media sosial. Sampai perhelatan politikpun tidak lepas dari hal --hal seperti ini.

Karena itu mungkin kita perlu mencermati setiap narasi yang kita terima baik dengan cara konvensional maupun dengan media sosial. Penting untuk cek dan recek setiap tayangan itu. Jangan sampai terjebak pada hal-hal yang bersifat ilutif dan diluar rasio kita yang akhirnya merugikan kita maupun bangsa ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun