Mohon tunggu...
Hestri Parahest
Hestri Parahest Mohon Tunggu... hobi menulis

coretan si miskin diksi dan intuisi

Selanjutnya

Tutup

Love

Sedih Sekeluarga, Ketika Ayah Dapat Panggilan Kerja

10 Oktober 2025   15:36 Diperbarui: 10 Oktober 2025   15:36 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya pernah mendengar perkataan Bu Hadi saat mengobrol dengan ibu saya di teras rumah. "Mas Hadi itu nyawa saya bu, saya nggak tahu bagaimana jadinya rumah dan anak-anak tanpa dia," curhat Bu Hadi yang begitu membutuhkan peran suaminya di rumah.

Dari sini saya menyadari betapa Pak Hadi telah berhasil menumbangkan stereotip lama, dan membuktikan bahwa mengurus rumah bukanlah sekedar bantuan, melainkan sebuah kepemimpinan penuh waktu yang sama mulia dan menantangnya dengan karir di luar rumah.

Kembali saya menikmati bolu yang dibawa Vina. Saya perhatikan gadis yang biasa ceria itu tiba-tiba muram.

"Minggu lalu di rumahku heboh mbak," kata Vina membuka cerita.

"Heboh piye," jawab saya dengan nada bertanya.

"Ibuku nangis, aku nangis, Putri juga nangis," ucap Vina.

"Lha kenapa?" tanya saya. 

"Ayah diminta bosnya yang dulu untuk kerja lagi di kantornya. Bosnya butuh ayah banget mbak," ungkap Vina sedih.

"Trus?" sahut saya.

"Awalnya ayah setuju mbak, tapi ibu malah nangis. Putri juga nangis. Mereka merasa berat nggak ditungguin sama ayah," jawab Vina.

"Kan bisa nyari ART to Vin," kata saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun