Secangkir kopi yang saya seduh dari kopi sachet favorit menjadi ritual pagi yang tidak pernah saya lewatkan. Perpaduan original bubuk kopi, gula, dan sedikit krimer, menjadi bahan bakar andalan saya untuk menyambut hiruk pikuknya hari. Kendala dari kepekaan lidah pada perisa kopi dan pemanis buatan, membuat saya tidak punya banyak pilihan kopi sachet yang cocok kecuali kopi sachet favorit saya.
Saya juga menyukai kopi hitam lokal. Aromanya yang harum pekat kala diseduh dengan air panas, seolah menjanjikan energi ekstra untuk memulai hari. Namun karena teriakan lambung terhadap derajat keasaman setiap kali menyeruput kopi hitam, akhirnya saya memilih sebuah kopi sachet yang berisi campuran antara kopi bubuk, gula pasir, dan sedikit krimer, dengan perbandingan yang pas menurut versi lidah saya.
Namun, tiba-tiba semuanya berubah, ketika saya mendapatkan anugerah menjadi seorang bumil. Lidah dan indera yang biasa bekerja tatkala menyeruput secangkir kopi pagi, berubah drastis. Aroma dan kenikmatan kopi favorit yang tadinya menjadi bahan bakar andalan, tiba-tiba menjadi sebuah kejutan keji bagi saya. Harumnya kopi serasa begitu menusuk, dan seakan meneriaki sel-sel kerongkongan untuk berubah arah gerak menjadi anti peristaltik. Sebuah perubahan aneh, yang mengubah ritual pagi favorit saya, menjadi sebuah ritual penghindaran yang menyedihkan.
Awalnya, saya berpikir bahwa kebencian saya pada kopi, paling hanya di trimester pertama saja akibat pengaruh mual dan muntah. Tapi ternyata tidak. Kebencian saya pada kopi terjadi selama masa kehamilan penuh. Setelah melahirkan, barulah saya bisa kembali ngopi dengan nikmat seperti dulu lagi.
Mengapa Bumil Berbalik Membenci Kopi Favorit?
Dari beberapa sumber, perubahan tiba-tiba pada preferensi makanan atau minuman, merupakan salah satu efek samping kehamilan yang umum terjadi. Kondisi ini dikenal dengan istilah food aversion atau kebencian makanan. Tidak terkecuali kebencian pada kopi favorit. Ada beberapa faktor yang menyebabkan bumil yang dulunya pecinta kopi menjadi berbalik membenci kopi.
Perubahan hormon yang ekstrem. Kehamilan menyebabkan terjadinya lonjakan hormon, terutama hormon HCG (Human Chorionic Gonadotropin) dan hormon estrogen. Lonjakan ini mempengaruhi berbagai sistem tubuh, termasuk meningkatnya sensitivitas indera. Lonjakan hormon dapat membuat indera penciuman dan pengecapan bumil menjadi jauh lebih sensitif. Aroma kopi yang dulunya harum dan menggugah selera, bisa berubah menjadi aroma yang menyengat, atau bahkan memicu mual.
Keterkaitan dengan morning sickness. Bagi sebagian besar bumil, kebencian terhadap kopi muncul bersamaan dengan morning sickness (mual dan muntah), terutama pada trimester pertama. Bila bumil mengalami mual hebat, aroma atau rasa kopi dapat memicu atau memperburuk rasa mual tersebut. Tubuh secara tidak sadar jadi mulai mengasosiasikan kopi dengan rasa tidak nyaman atau mual, sehingga secara alami bumil akan menghindarinya.
Sensitivitas terhadap efek kafein. Meskipun secara umum dokter memperbolehkan bumil mengkonsumsi kafein dalam batas aman, namun sebagian bumil ada yang menjadi lebih sensitif terhadap efek kafein. Kopi meningkatkan produksi asam lambung. Bagi bumil yang rentan terhadap peningkatan asam lambung, kopi bisa menimbulkan gangguan pencernaan dan memperburuk keluhan. Tubuh bumil memproses kafein lebih lambat dari biasanya, terutama di trimester akhir. Kafein akan bertahan lebih lama dalam sistem tubuh, sehingga jantung berdebar, gelisah, atau insomnia akan lebih mudah dirasakan oleh bumil. Ini menjadi salah satu penyebab bumil merasa tidak nyaman dengan kopi.
Bumil yang selama kehamilannya mendadak membenci kopi, disarankan untuk tidak memaksakan diri, dan lebih mendengarkan tubuh untuk menemukan kesenangan baru. Tentu saja, dengan tetap mempertimbangkan kesehatan bumil dan janinnya. Mengganti ritual minum kopi dengan minuman hangat lainnya yang lebih sehat, tidak mengandung kafein, dan tidak bikin mual, merupakan solusi yang sangat dianjurkan. Bumil juga disarankan untuk bersabar dengan food aversion, yang sebenarnya hanya bersifat sementara saja, dan nanti akan hilang sendiri setelah trimester pertama atau setelah melahirkan.
Secangkir kopi favorit yang tiba-tiba menjadi musuh bebuyutan saat menjadi bumil, ternyata merupakan fenomena yang umum terjadi di masa kehamilan. Selain dibiangi oleh lonjakan hormon, morning sickness, dan dampak kafein, kebencian bumil secara mendadak terhadap kopi, bisa jadi merupakan naluri alami tubuh untuk melindungi janin dalam kandungan. Seperti pengalaman saya, setelah melahirkan, saya pun kembali dalam ritual ngopi di pagi hari, bersama dengan kopi sachet terfavorit.