Mohon tunggu...
Hesky Rohi
Hesky Rohi Mohon Tunggu... Mahasiswa

Den Hanenda

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ajakan Pergi Bersamanya

27 September 2025   07:56 Diperbarui: 27 September 2025   07:56 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku yang sedang bermain bersama ponakan yang berumur setahun kala itu. Sedikit mendengar percakapan antara tanteku yang merupakan kakak dari bu Titi. 

"Paman Rudy masuk rumah sakit, sejak malam tadi." kata tanteku itu yang kemudian mengambil dot susu untuk diberikan bagi si putri cilik nan cantik yang sedang tiduran beralas kasur lantai. 

Beberapa waktu berselang, kondisi paman Rudy dikabarkan membaik. Aku ingat betul, bahwa katanya ia masih sempat bercanda dengan adiknya saat magrib ketika masih dirawat di rumah sakit. 

Kondisi tubuhnya terlihat kurus seusai fase kritis beberapa hari. Keluarganya sudah bahagia saat itu, anggapan mereka, esok hari adalah wujud kebahagiaan atas berkat dan kebaikan Yang Maha Kuasa karena telah menyembuhkan beliau. 

Dokter sudah memberikan tanda-tanda untuk bisa rawat jalan saja, dan keluarga yang menjenguknya juga sudah mulai pulang. Tapi kira-kira hampir mendekati tengah malam, kondisi paman Rudy kembali drob. Ia tak sadarkan diri dan dokter pun kembali melakukan penanganan medis secepatnya. 

Keluarga yang masih tersisa kalang kabut. Wajah-wajah berseri hilang seketika. Kepanikan melanda. Ketakutan menguasai. Doa dan permohonan kembali dinaikkan, agar Tuhan memberikan pertolongan. Tapi naas, racun yang ia minum telah menjalar ke seluruh tubuhnya. Paman Rudy pun dinyatakan meninggal dunia dengan kondisi badan yang menghitam perlahan demi perlahan. 

Hari berjalan bergitu cepat.. 

Malam-malam yang kulalui terasa mencekam. Entah kenapa, namun aku sangat gelisah jika malam tiba. Hanya dengan doa saja aku mencari ketenangan. Sayang, pikiranku terlalu jauh memikirkan berbagai hal yang buruk. 

Bayang-bayang paman Rudy melintasi dan memenuhi imajinasi kengerian dalam benakku. Tidurku menjadi momok tersendiri. Aku tidak nyaman dibuatnya.

Sampai di malam itu, paman Rudy mendatangiku. Badannya yang cukup kekar dan berbulu di hampir seonggok tubuh berkulit sawo matang itu membawa hawa dingin yang menakutkan.

Aku ingat persis, bagaimana ia masuk lalu menyeka gorden pintu kemudian menemuiku yang berada di atas ranjang. Posisi kami hanya dibatasi oleh kelambu yang bahkan sekali ditiup angin akan terbuka seluruhnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun