Hujan tengah malam dikotaku, menidurkan lamunan dalam berbasah- basah.
Menggigilkan bathin terhimpit bantal guling, diantara kasur yang membubur.
Sungguh dingin yang tak bersahabat, membangunkan perut keroncongan.
Dalam irama jatunya air diatas ember, menyapu heningnya malam yang semakin aleman.
Begitu kental malam bercanda dengan hujan.
Seperti kerinduan yang dimuntahkan, setelah lama tak bertatapan.
Meleleh tergenang air hujan, hanyut singgah di god-god kota yang tak pernah tertata.
Jalan-jalan dikotaku berubah jadi sungai-sungai liar yang mengaliri perkantoran.
Hujan tengah malam dikotaku
Menina bobokkan mimpi-mimpi yang tak jadi.
Karena doa yang diucapkan tak pernah menyentuh perasaan.
Bangka, 16 februari 2019
Â