Berjalan diatas jembatan ini, tak ada lagi basa-basi. Semua menepi berharap ada tegur sapa.
Meski tangan sudah rela mengacungkan tembaga cawan usang berjam-jam, bahkan topi lusuh menopang.
Dari pagi sampai kelelahan mengusir matahari menepi, namun hanya beberapa recehan terkumpul.
Sementara debu dan keringat menyatu membentuk keriput wajah yang semakin pasrah.
Sungguh negeri ini tak memberi arti bagi kaum terbawah yang tak punya apa-apa.
Meski kata orang kita merdeka dan memiliki hak sama merasakan kemerdekaan. Memiliki hak sama mengambil kekayaan segala isi negeri ini.
Tapi kita hanya melihat dan tak diberi kesempatan merasakan. Apalagi memiliki.
Inikah tanah merdeka yang katanya memberi kesejahteraan kita semua.
Memberi jaminan hidup seumur hidup? Bebas segar menghirup udara, tanpa tercemar asap cerobong pabrik. Atau bising kendaraan mewah bersliweran miliki penguasa dan pengusaha.
Bahkan mata batin kita sakit melihat tontonan teve, yang terus menerus menayangkan pejabat korupsi.
Dan adu mulut para elit berdebat tentang kekuasaan yang nyaris menenggelamkan jeritan kemiskinan dipelosok-pelosok negeri.