Mohon tunggu...
Heru Subagia
Heru Subagia Mohon Tunggu... Relawan - Aktivis Kegiatan UMKM ,Relawan Sosial dan Politik
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis adalah media ekspresi tampa batas,eksplorasi dan eksploitasi imajiner yang membahagiakan . Menulis harus tetap bertangung jawap secara individu dan di muka umum. . Hobi menulis disela -sela kesibukan menjaga toko ,mengurus bisnis ,berkegiatan di umkm dan politik dan bisnis. Lingkungan hidup juga menjadi topik utana bagi penulis untuk advokasi publik berkaitan isu isu penyelamatan dan pelestarian alam . Mari kita gemar menulis , mendobrok tradisi ,menambah literasi dan menggugat zona nyaman berbagai kehidupan .

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengintip Cawe-cawe Politik Sang Anak Presiden

5 Mei 2024   10:56 Diperbarui: 5 Mei 2024   11:23 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sungguh -sungguh miris jika setiap hajat pemilu 5 tahunan  akhirnya hanya menyediakan ruang dan kelahiran sebuah dinasti baru. Bukan mencetak  pemimpin baru yang segar , visioner dan berdaulat akan tetapi pemilu hanya menghasilkan produk kepemimpinan penuh dengan KKN yang dipenuhi oleh penganggaran pemilu.

Namun demikian itulah wajah asli produk Demokrasi di Indonesia , mau tidak mau ajang seleksi kepemimpinan nasional tidak bisa lepas dari jeratan nepotisme, trah atau keturunan dan juga kepercayaan masyarakat sendiri pada hal mistik dan tidak rasional akan sosok sang pemimpin.

Dalam pencapaian politik kekinian , wajah demokrasi dan kualitasnya akan jauh dan semakin ditinggal oleh negara -,negara yang sudah mapan cara berdemokrasi. Indonesia lebih membangun sebuah demokrasi ketimuran yang bersentuhan dengan rasa nepotisme atau kekerabatan.

Mengingatkan kembali dinamika politik tanah air yang semakin nyentrik dan keblinger. Politisi junior mengalahkan atau menggurui sang maestro atau juniornya. Perilaku politik tidak etis dan diwarnai banyak kudeta etis dan.moral. Namun demikian , hampir seluruh masyarakat Indonesia menerima dan bahkan memanfaatkan keadaan sosial politik yang penuh drama Korea tersebutlah. 

Yuk kita simak drama politik yang melibatkan sang anak raja dan sang majikan sang raja .  Kata pepatah benar  juga buah tidak akan jatuh berjauhan dengan dari pohon induknya . Habis Jokowi muncullah Gibran Rakabuming Raka. Wakil presiden terlihat berpasangan dengan . Prabowo Subianto ini kembali berulah dengan  menunjukkan taringnya. Karena merasa bapaknya yakni Jokowi menjadi penyokong utama kemenangan Pilpres 2024 menjadi alasan Gibran Rakabuming Raka tambah PDi cawe -cawe .

Kali ini urusan cawe -cawe Gibran bukan perkara sepele atau kecil . Gibran melangkah sat set dengan menunjukkan kekuasaannya dalam membangun kekuatan politik merangkai  jejaring kekuatan baru menyulam jahitan yang udah kusut dan rusak.

 Gagasan dan ide Gibran Rakabuming Raka untuk mengkonsultasikan penyusunan Kabinet Barunya bersama Keyakinan Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri. Tentunya langkah Gibran tersebut bikin terkejut dan bahkan shock berbagai kalangan. Bisa dibilang permainan politik Gibran Rakabuming keluar dari pakem feodalisme. Seorang Gibran uang masih bau kencur di dunia politik berani melakukan lobi dan komunikasi politik sang maestro politik senior selevel Megawati Soekarnoputri.

Persoalan mungkin saja bukan karena Gibran  masih ikut dan bau kencur di dunia politik namun terdapat barrier atau hambatan politik yang amat dahsyat. Bagiamana mungkin Gibran Rakabuming Raka dapat menembus jantung hati seorang Megawati Soekarnoputri?

Seperti diketahui jika Jokowi dan juga Gibran Rakabuming Raka sendiri sudah didepak atau tidak dianggap lagi sebagai bagian kader atau masuk dalam lingkaran PDI-P. Baik Jokowi dan Gibran Rakabuming Raka sudah dianggap kader durhaka partai yang sudah mengusung 2 kali pilpres dan pencalonan sebagai wali kota Solo . Jokowi dan Gibran sudah melanggar dan menjadi bagian musuh dari PDIP . Dikatakan jika urusan Jokowi dan Gibran di PDIP sudah selesai , kata Hasto Kristiyanto selaku sekjen PDIP.

 Dalam sebuah manajemen komunikasi politik tidak ada yang salah dan aneh keinginan Gibran Rakabuming Raka berkonsultasi berkaitan penyusunan Kabinet Barunya. Apalagi Gibran sendiri sebagai wakil.presidennya. Gibran memiliki validasi dan juga legitimasi politik yang sangat kuat apalagi Jokowi sebagai bapaknya turut serta cawe-cawe memenangkan Paslon 02.

Namun jika melihat realita politik, disebutkan bahwa hubungan Jokowi dan PDIP sudah berakhir . Ketika Gibran Rakabuming Raka dipaksa menjadi wakil presiden dengan mengorbankan konstitusi yang dilanggar. PDI-P berdalih Jokowi sudah merusak dan menabrak konstitusi demi memuluskan anaknya maju menjadi cawapres.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun