Mohon tunggu...
Ita Hertati
Ita Hertati Mohon Tunggu... Penulis tanpa ikatan, sudah melahirkan dua buah Novel, beberapa buku antologi, buku pelajaran, cerpen yang dimuat dibeberapa situs, dan terkadang iseng menulis opini di surat pembaca

Senang menulis sesuatu yang random

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Kenali Toxic Parent dan Cara Memperbaikinya Menurut Pandangan Islam

14 Maret 2025   23:02 Diperbarui: 14 Maret 2025   23:02 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak adalah anugerah yang harus dijaga, dan tentu akan ada ujian ketika kita menjaganya. Ujian yang datang bukan hanya datang dari luar saja, tetapi lebih banyak dari kita sebagai orangtua. Di dalam Islam tugas kita sebagai orangtua bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan anak saja, tetapi bagaimana menyiapkan anak menjadi anak yang shalih, tangguh, dan mandiri. Karena hakikat dalam mendidik adalah menyiapkan mereka agar siap berpisah dengan kita sebagai orangtua.  Tetapi, tanpa kita sadari  ternyata ada pola asuh yang memberikan dampak negatif  kepada anak kita, pola asuh yang biasa kita kenal toxic parenting 

Seperti apa sih toxing parenting?  jangan-jangan selama ini kita termasuk toxic parent? Yuk, kita pahami sama-sama ciri-ciri toxic parent, sebagai berikut:

Sumber: iStock
Sumber: iStock

1. Fixer: Selalu Memanjakan Anak

Sebagai orang tua, kita tentu ingin anak bahagia dan tidak mengalami kesulitan. Akan tetapi, jika selalu menyediakan "karpet merah" bagi mereka atau menjadi "superhero" ketika anak kesulitan, maka anak akan tumbuh tanpa keterampilan menghadapi masalah, mereka tidak akan memiliki daya juang, dan mudah frustasi. Yuk, kenali ciri-ciri Fixer Parent:

  • Terlalu cepat membantu anak sebelum ia berusaha sendiri.

  • Selalu mencari solusi bagi anak tanpa membiarkan mereka berpikir.

  • Takut anak gagal sehingga cenderung melindungi berlebihan.

Di dalam Islam, Allah menciptakan manusia untuk berusaha dan bertawakal. Anak harus diajarkan menghadapi tantangan agar tumbuh kuat. Rasulullah bersabda"Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah." (HR. Muslim).

Tentu saja kita tidak mau meninggalkan generasi yang lemah, tidak memiliki daya juang dan mudah menyerah, jangan sampai anak kita menjadi generasi lemah. Dengan mengajarkan anak menyelesaikan masalah sendiri dengan bimbingan (bukan intervensi) dan melatih anak menghadapi kegagalan sebagai bagian dari kehidupan, maka kita sudah menyiapkan anak untuk siap menghadapi tantantangan di masa depan.

2.   Fighter Parent: Selalu Menjadi Lawan Anak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun