Saat menghirup udara laut Kuala Tungkal pada awal tahun 1970-an, saya turut merasakan adanya dua kekhawatiran besar yang menghantui kebanyakan masyarakat penghuni wilayah Kuala Tungkal, terutama saat musim kemarau tiba.
Ketakutan itu berkaitan dengan kebakaran dan kesulitan mendapatkan air bersih. Air menjadi persoalan pelik karena masyarakat hanya mengandalkan air hujan.
Di sisi lain, kebakaran mudah terjadi disebabkan rumah-rumah di Kuala Tungkal kala itu umumnya berupa bangunan dengan kerangka kayu, berdinding papan, dan beratap daun nipah atau seng.
Dengan penerangan lampu dinding (teplok), petromak (strongkeng), dan lilin. Jika lampu penerangan tersebut terguling, maka apinya akan mudah membakar lantai dan dinding papan, merambat ke atap daun nipah.Â
Penyebab kebakaran lainnya adalah ledakan kompor minyak tanah dan jilatan obat nyamuk bakar yang mengenai lantai papan maupun kasur. Upaya pemadaman api dilakukan secara swadaya karena belum ada Damkar seperti sekarang ini.
Kota di Atas Air
Kuala Tungkal berdiri di atas timbunan jutaan meter kubik kayu bulian alias kayu ulin/kayu besi untuk menyangga wilayah seluas delapan puluh hektar lebih. Kayu bulian merupakan kayu ulet, sangat kuat, sering dijadikan pondasi bangunan. Bahkan jembatan (jerambah) dibangun dengan menggunakan kayu bulian. Pun juga tiang-tiang rumah panggung disangga kayu bulian. Jalan Asia dengan deretan puluhan toko, semula dibangun dari susunan kayu bulian.
Nama Kuala Tungkal berasal dari kata kuala, berarti pertemuan sungai dengan sungai, atau sungai dengan laut. Kata tungkal dapat dikaitkan dengan nama sungai yang membelah wilayah Tanjung Jabung Barat hingga pantai timur.Â
Menurut beberapa referensi, Kuala Tungkal dapat diartikan sebagai tempat pertemuan aliran sungai Tungkal dengan sungai lainnya di wilayah dekat pantai.
Kuala Tungkal, adalah ibu kota Kabupaten Tanjung Jabung Barat, salah satu kabupaten di Provinsi Jambi. Berjarak dua ratus kilometer lebih dari kota Jambi.
Sebagai wilayah pasang surut, bangunannya didominasi oleh keberadaan rumah panggung. Kehadiran rumah panggung dibuat untuk menghindari luapan air pasang, terlebih saat terjadi pasang besar. Juga menyadari sebagian daratan Kuala Tungkal sejajar dengan permukaan laut.