Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Hidup Sederhana: Ngeli ning Aja Nganti Keli

28 Januari 2024   12:24 Diperbarui: 31 Januari 2024   17:26 1299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah cicilan (1999)/Foto: Hermard

Untuk itu saya tidak ragu mengambil perumahan dengan jangka waktu pembayaran sepuluh tahun. Gaji per bulan yang saya terima saat itu sekitar satu juta lebih sedikit.

Penampakan rumah cicilan (2009)/Foto: Hermard
Penampakan rumah cicilan (2009)/Foto: Hermard
Keputusan mengambil rumah cicilan, di samping memenuhi keinginan punya rumah sendiri, sekaligus merupakan penghematan biaya hidup karena perumahan yang akan kami tempati berjarak tiga belas kilometer dari kota Yogyakarta, berada di wilayah pedesaan. 

Bukankah biaya hidup di desa lebih murah jika dibandingkan di kota? Setidaknya harga sayur mayur, buah-buahan, telur, dan beras, tidak semahal di perkotaan. Jauh dari kota berarti berjarak dengan mal, kafe, rumah kecantikan, tempat nge-gym, dan tempat hiburan lainnya, berarti akan menghemat pengeluaran.

Begitulah, langkah berikutnya yang kami tempuh adalah hidup sederhana dengan merencanakan pengelolaan keuangan, memprioritaskan kebutuhan primer, mengurangi keinginan membeli barang secara berlebihan, apalagi barang branded.

Ibu Negara membuat anggaran pengeluaran dengan memprioritaskan kebutuhan dasar seperti keprluan makan, bayar listrik, cicilan rumah, dan transportasi (bensin). Selanjutnya, mengalokasikan sebagian pendapatan untuk tabungan atau dana darurat guna mengantisipasi kebutuhan mendesak. 

Hidup dengan mengencangkan ikat pinggang dan memakai kacamata kuda kami lakukan demi memiliki rumah dan agar hidup tidak terseok-seok.

Sementara saya sendiri membangun portofolio investasi jangka panjang dengan mengembangkan keterampilan, berharap dapat meningkatkan potensi pendapatan. Tentu saja upaya itu dibarengi dengan membangun brand image secara personal.

Renovasi rumah cicilan (2015)/Foto: Hermard
Renovasi rumah cicilan (2015)/Foto: Hermard
Begitulah, setelah berjalan tiga tahun dari keputusan membeli rumah cicilan, keadaan ekonomi kami mulai setabil, bahkan kian membaik. Kerja tambahan sebagai dosen tamu, penulis, narasumber untuk kegiatan kepenulisan, membuat kami bisa menambah uang tabungan. 

Meskipun begitu, kami tetap tidak lapar mata, tidak ngawula waduk (mengutamakan perut), dan menjauhkan diri dari aji mumpung. Artinya kami tetap setia dengan menikmati hidup apa adanya. 

Bahkan sampai hari ini pun, di lingkungan perumahan, motor kami tetap motor manual, bukan motor matik seperti yang dimiliki keluarga lain. Baju dan sepatu yang kami kenakan pun bukan keluaran Uniqlo atau Skechers. Kesetiaan kami terhadap ungkapan ngeli neng aja nganti keli, tetap tergenggam erat.

Kedamaian perumahan di pedesaan/Foto: Hermard
Kedamaian perumahan di pedesaan/Foto: Hermard
Bagaimana dengan rencana sepanjang tahun 2024? Tetap pada pola Hidup Sederhana Terencana, menerapkan jurus mengencangkan ikat pinggang, memakai kacamata kuda, dan tidak lapar mata. Anglaras ilining banyu angeli, ananging ora keli...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun