Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Artikel Utama

Pembelajaran Sastra dan Kreativitas

4 September 2023   08:49 Diperbarui: 4 September 2023   22:42 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perlu mengingat kembali bahwa baik pembacaan maupun penulisan, keduanya termasuk dalam ranah seni. Membaca adalah seni pengucapan (spreekunst), sedangkan menulis merupakan seni memilih kata (diksi).

Apakah pernyataan di atas dapat dijelaskan secara konkret?

Tentu saja bisa. Kita ambil contoh saat membaca puisi, tentu tidak semua puisi bisa dibacakan seperti kita membaca puisi "Aku" (Chairil Anwar). Masing-masing puisi memerlukan kreativitas dalam pembacaannya. 

Contoh  ekstrim, misalnya saja puisi Rendra "Nyanyian Angsa" apakah akan dibacakan dengan gaya bahkan speed dan irama atau cara yang sama dengan puisi "Aku"?

Tentu saja tidak. Puisi Rendra merupakan puisi naratif panjang dengan beberapa tokoh, memiliki alur, latar tempat dan latar waktu. Dengan demikian pembacaannya tidak bisa dilakukan seorang diri, lebih cenderung dibacakan secara berkelompok  dengan melakukan dramatisasi/teaterikalisasi puisi.

Mengapa terjadi perbedaan cara membaca puisi yang satu dengan puisi lainnya?

Semua  terjadi karena tuntutan dari puisi itu sendiri. Tepatnya tergantung pada unsur roh/jiwa puisi atau the nature of poetry. Artinya, perbedaan cara membaca puisi tergantung kepada nada (tone)-- sikap penyair yang dirasakan pembaca pada saat membaca puisi, kadang erat kaitannya dengan rasa. 


Nada puisi dapat dinyatakan secara eksplisit maupun implisit; amanat/tujuan (intention), tujuan penyair dalam menuliskan puisinya. Hal ini biasanya sangat tergantung pada pandangan hidup, keyakinan yang dianut, pekerjaan, dan cita-cita penyair;  dan yang terakhir tergantung pada pokok persolan/tema (sense) yaitu pokok persoalan yang hendak dikemukakan penyair, biasanya tersamar dan harus ditafsirkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun