Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

Kecerdasan dalam Pemanggungan Karya Sastra

8 Januari 2023   09:57 Diperbarui: 18 Januari 2023   03:00 1211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mampus kau dikoyak-koyak sepi (CA)/Foto: Hermard

Seseorang akan merasa bahagia setelah membayangkan pertemuan dua tokoh yang terlibat dalam percintaan atau berseteru memperebutkan sesuatu yang bermakna dalam hidup.

Pemanggungan dramatisasi cerpen di SMA Negeri 6 Yogyakarta/Foto: Hermard 
Pemanggungan dramatisasi cerpen di SMA Negeri 6 Yogyakarta/Foto: Hermard 
Menghayati
Sebagai proses lanjut, menghayati berkaitan dengan penemuan nilai-nilai hidup guna memperluas wawasan atau menajamkan pikiran. 

Tahap penghayatan menjadikan sebuah karya sastra dinyatakan bermanfaat atau tidak. Yang diharapkan diperoleh dari penghayatan itu bisa  berupa informasi kesejarahan, keilmuan, atau pesan dan ajaran (moral, sosial, religius, dll.).

Pemanggungan karya sastra di Taman Budaya Yogyakarta/Foto: Hermard
Pemanggungan karya sastra di Taman Budaya Yogyakarta/Foto: Hermard
Membaca karya sastra pada hakikatnya merealisasikan kembali perwujudan bunyi yang semula tertuang dalam bentuk ideografi (gambaran gagasan/pikiran atau angan-angan dalam bentuk lambang).

Oleh sebab itu, membaca  karya sastra mengandung arti  mengungkapkan suatu ide dengan perantaraan bunyi-bunyi bahasa. 

Dengan demikian, membacakan karya sastra dengan baik di atas panggung, sejalan dengan gagasan Landung Simatupang, pertama-tama bukanlah adu keras suara, adu ngotot, atau adu gaya aneh-aneh. 

Hanya setelah seorang pembaca "mengetahui"  maksud, buah pikiran, dan kandungan pengalaman batin yang ingin dikemukakan (atau diimbaukan) oleh sastrawan, barulah terbuka peluang bagi pembaca  menyuarakan karya sastra dengan patut.

Artinya, syarat awal  menjadi pembaca yang baik mencakup  keluasan pengetahuan dan kegemaran menggunakan pikiran maupun kecerdasan.

Keluasan pengetahuan dan ketajaman pikiran itu kemudian diarahkan dan diabdikan dalam menjalin komunikasi dengan sastrawan melalui hasil karya yang ditulis. 

Dari sisi ini maka pembacaan tidak mungkin dapat dilepaskan dari penghayatan atau penjiwaan yang berkaitan erat dengan penafsiran. 

Gaya Rendra dalam membaca puisi/Foto cover buku Jejak Langkah: Hermard
Gaya Rendra dalam membaca puisi/Foto cover buku Jejak Langkah: Hermard
Bagaimana pembaca dan audience bisa menghayati kalau  tidak mengaktifkan otak, berusaha mencercap dunia pikiran sastrawan yang tersirat dalam karya sastra? 

Dalam masalah penghayatan, yang dituntut dari seorang pembaca adalah menangkap suasana secara utuh, tidak terpenggal penggal. 

Selain itu, pembaca mutlak memiliki kerelaan berbagi rasa dengan sastrawan yang karyanya dibacakan. Artinya, membaca bukanlah kegiatan memperalat suatu karya guna melampiaskan emosi  pembaca sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun