Pada rencana Allah yang begitu baik,
Takdir yang berharga ini berulang kali mengajarkan makna syukur yang tiada hentinya.
Mata berbinar penuh harapan,
Kaki yang melangkah dengan tegar,
Raga yang tak mampu lagi bersikap,
Serta lisan yang tak lagi sanggup berkata,
Berujung dengan sebuah peluk haru yang menyimpan beribu makna.
Bukankah jarak menyadarkan kita untuk memaknai dan menghargai kebersamaan akan waktu yang terus berjalan?
Dan, bukankah senja yang kehadirannya selalu dikenang sesaat bagi beberapa orang selalu hadir dan masih sama di setiap harinya?
Bukankah begitu? Lantas, kenapa sangat berat bagi diri ini untuk merelakan sesuatu hal yang sedari dulu, sekarang dan nanti akan terus tumbuh dan tetap menyatu?
Pada beberapa hal yang bisa saja pudar bersama ingatan, satu hal yang pasti ia akan selalu abadi dalam hati dan perasaan.