Setiap zaman, anak laki-laki selalu memiliki mainan khasnya sendiri. Sebelum dominasi game digital seperti Counter Strike, Ragnarok, atau DOTA, anak laki-laki masa lalu lebih akrab dengan mainan fisik. Di antara kelereng, kartu gambar, kartu kwartet, dan monopoli, ada satu jenis mainan yang tak lekang oleh waktu: mobil rakitan Mini 4WD yang dipopulerkan oleh merek Tamiya.
Awalnya, Tamiya dikenal sebagai produsen mainan rakitan sejak 1948. Namun, setelah merilis mobil rakitan 4WD pada 1982, nama Tamiya menjadi identik dengan mobil mini bertenaga dinamo tersebut.
Ledakan Popularitas Berkat Anime
Era 2000-an menyaksikan ledakan popularitas mainan yang diiringi penayangan serial animenya di televisi. Salah satu yang paling fenomenal adalah Mini 4WD, atau sering disebut Tamiya. Booming-nya mainan ini didorong oleh serial anime "Let's & Go!" yang tayang setiap Minggu pagi. Penggemar anime asal Jepang ini tentu tidak asing dengan Mini 4WD, mobil balap yang pertama kali muncul pada 1980-an dan menjadi pilihan utama anak-anak era 90-an.
Film yang mengisahkan anak-anak penggila balapan Tamiya ini menciptakan fenomena tersendiri pada masanya. Berbagai model Tamiya yang menyerupai karakter di anime, hingga mobil rakitan kustom, menjadi sebuah kebanggaan bagi pemiliknya.
Sosok di Balik Mini 4WD dan Dedikasi Para Penggemar
Selama hampir lima dekade, Shunsaku Tamiya telah menghadirkan kebahagiaan bagi jutaan orang di seluruh dunia melalui inovasi dan kreativitasnya. Sirkuit balap miniatur sering disebut "sirkuit Tamiya," meskipun mobil yang digunakan tidak selalu produk Tamiya Inc. Miniatur mobil balap, atau Mini 4WD, telah lama melekat dengan nama Tamiya Inc., menunjukkan betapa besarnya popularitas perusahaan asal Shizuoka, Jepang ini.
Pada akhir pekan, para penggemar Mini 4WD biasanya memadati sirkuit, membawa kotak berisi suku cadang, sasis, dan peralatan perakitan. Bagi pehobi serius, harga satu unit miniatur bisa setara dengan skuter matik. Ini lebih dari sekadar mainan; ini adalah hobi yang menuntut ketelitian dan dedikasi tinggi. Berada di samping sirkuit miniatur mobil balap menjadi momen untuk melupakan segalanya dan fokus pada hasil rakitan yang melesat dengan kecepatan lebih dari 50 kilometer per jam---kecepatan luar biasa untuk miniatur sepanjang kurang dari 20 sentimeter dan berbobot tak lebih dari 300 gram.
Kebangkitan Tamiya di Indonesia: Era 90-an
Saat pertama kali masuk ke Indonesia pada 1980-an, popularitas Tamiya belum mencapai puncaknya, teredam oleh permainan gasing. Namun, memasuki 1990-an, Tamiya bertransformasi menjadi lebih dari sekadar mainan. Salah satu pemicu melonjaknya popularitas Tamiya di kalangan anak 90-an adalah serial animasi "Dash! Yankuro" yang tayang di TVRI. Film yang mengisahkan anak-anak pembalap Mini 4WD ini memang sangat erat kaitannya dengan merek Tamiya, karena jenis Mini 4WD yang dimiliki para tokohnya identik dengan keluaran Tamiya, seperti model Dash-1 Emperor yang sangat populer.
Tamiya digemari karena selain bisa dikoleksi, juga bisa "dikulik." Mengoprek dinamo, mengecat ulang bodi, dan merakit mekaniknya menjadi pengalaman pertama bersentuhan dengan dunia teknik bagi banyak anak. Tak sedikit anak-anak 90-an yang meminta trek Mini 4WD sebagai hadiah sunatan. Balapan Tamiya memang memiliki daya tarik tersendiri, dengan seringnya diadakan kompetisi di pusat perbelanjaan.
Hobi Mahal yang Menarik Minat Beragam Kalangan
Layaknya balapan Formula 1, Mini 4WD membutuhkan perawatan serius dan strategi khusus untuk memenangkan kontes, mulai dari peningkatan bodi, roda, pengaturan gir, baterai, hingga komponen lainnya. Meskipun tergolong hobi yang mahal, penggemarnya terus bertambah. Mobil mainan plastik karbon tanpa pemberat ini semakin digandrungi, meskipun harus merogoh kocek dalam dan mengorbankan waktu demi mainan yang identik dengan kaum pria ini.
Pada masa puncak popularitasnya, Mini 4WD tidak lagi didominasi oleh merek Tamiya yang harganya relatif mahal. Berbagai merek kelas menengah ke bawah mulai bermunculan. Selain Tamiya, merek Audley juga cukup terkenal saat itu, dan tak sedikit pula produk buatan Tiongkok membanjiri pasar. Ini tentu menguntungkan bagi mereka yang ingin mencoba ngebut di trek Tamiya dengan anggaran terbatas. Seperti diketahui, untuk merakit Tamiya asli beserta aksesorisnya bisa mencapai jutaan rupiah, sementara merek lain bisa ditebus hanya dengan belasan ribu rupiah. Tak heran jika setiap konter mainan di departemen store selalu menyediakan trek balap mobil rakitan.
Siklus Popularitas dan Kebangkitan Kembali
Mengikuti siklus, ketenaran Tamiya sempat meredup, bersaing dengan berbagai mainan berteknologi lebih canggih. Namun, sebagian penggemarnya tetap setia. Dan pada 2003, tren Tamiya kembali menghangat. Bahkan, surat kabar nasional Kompas edisi awal Januari 2003 sempat secara mendalam membahas tren Tamiya ini.
Kembalinya popularitas ini tak lepas dari penayangan ulang film "Let's & Go!" di RCTI setiap Minggu pagi. Film ini bisa dibilang sebagai "reinkarnasi" dari "Dash! Yankuro." Anime tentang Tamiya ini berhasil mendongkrak popularitasnya. Sejak saat itu, lintasan adu Tamiya mudah ditemukan di mana-mana: di mal, pasar, pelataran toko mainan, hingga rumah-rumah warga di pinggir Jakarta. Sementara mobil-mobilnya masih sama sejak dulu, hanya saja tipe dan inovasi mesinnya terus berubah.
Namun, maraknya berbagai jenis mainan kembali meredam gaung Tamiya. Dari 2006 hingga awal 2015, nama Tamiya nyaris tak terdengar. Baru setelah itu, tren Tamiya tiba-tiba muncul lagi. Anak-anak '90-an yang kini telah dewasa dan memiliki penghasilan sendiri, merindukan mainan masa kecil mereka, dan mulai menghidupkan kembali tren ini. Apakah Anda salah satunya? (hes50)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI