Mohon tunggu...
Heri Purnomo
Heri Purnomo Mohon Tunggu... Administrasi - nothing

-

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[Cerpen Mistik] Keris

2 Agustus 2016   20:38 Diperbarui: 4 Agustus 2016   03:28 858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

**

Sore hari Alung bergegas ke rumah Rudie Chakil, teman SD nya yang kini jadi kolektor barang-barang antik. Rudie dikenal memiliki banyak benda-benda antik dan bersejarah di rumahna yang sudah disulap seperti museum. Dari Sepeda, mobil, mebel, perhiasan, dan benda-benda pusaka juga turut mengisi koleksinya.

“Halo, Rudie. Hari ini adalah hari keberuntunganmu. Aku membawa sesuatu untukmu.” Setibanya di rumah Rudie, Alung langsung to the point menyampaikan maksudnya. Keduanya memang akrab.

“Hei, Alung . Tumben sore-sore dah ke sini?”

“Iya, aku ada perlu denganmu, Rud. Kamu pasti suka dengan benda ini. Dan aku yakin kamu orang yang bisa merawatnya dengan baik.” Kata Alung tanpa banyak basa-basi kepada Rudie. Rudie tersenyum dan memintaku untuk membukanya.

“Hei Alung, terima kasih kamu sudah mempercayakan benda ini untuk kusimpan. Tapi maaf... aku sudah tak mengoleksi benda-benda seperti ini lagi. “

“Lho, kenapa Rud? Sudahlah, aku tetap percaya kamu lah orang yang tepat untuk merawat keris ini. Ayolah, hanya merawat saja. Dan tentu sekaligus menambah koleksi barang-barang bersejarahmu. Lihatlah penampakan barang ini. Sangat artistik dan gagah bila dipajang di museum kamu. Aku tak salah lagi, kaulah orangnya. Tolong jangan tolak permohonanku ini. Bahkan kalau kau menyukainya, tak apalah jika kelak barang ini benar-benar menjadi milikmu. ”

Alung tak menghiraukan lagi penolakan Rudie. Setengah terpaksa dia menerima keris itu. Sambil berusaha menyudahi debat kusir, Alung akhirnya pulang dengan penuh kemenangan. Serasa terlepas dari beban berat di pundak dan batinnya.

**

Kini giliran Rudie memandangi benda yang baru diterimanya. Ia tercengah setelah mengamat-amati benda itu. “Wow, luar biasa maha karya ini. Tapi aku sudah berjanji pada diriku, tak akan lagi mengoleksi benda-benda berbau mistik. Aku takut jika nanti tidak kuat menyimpannya atau terjadi apa-apa di keluargaku. “

Sejenak Rudie berfikir. Dan tak berapa lama ide muncul di pikirannya. “Ah, aku bawa saja ke Toko Kado Mak Eka. Aku pikir akan ada orang yang butuh kado seperti ini. Kado yang bisa menjadi kejutan untuk orang tersayang.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun