Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membenci Kebencian Wujud Hijrah di Era Kekinian

31 Juli 2022   06:47 Diperbarui: 31 Juli 2022   06:50 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Damai Itu Indah - tribunnews.com

Dikutip dari Hidayatullah.com, hijrah berasal dari bahasa Arab " "yang artinya: (1) pindah, menjauhi atau menghindari. (2) kerasnya sesuatu ( ); berarti tengah hari di waktu panas sangat menyengat (keras). Secara bahasa "hijrah" itu adalah menjauhi sesuatu dengan sangat keras karena adanya ketidaksetujuan dan kebencian.

Menilik penjelasan diatas mengenai hijrah secara bahasa, dapat kita pahami bahwa dasar kebencian dan ketidaksetujuan untuk menjauhi sesuatu haruslah berdasar pada aturan agama. Sebagai contoh misalnya ujaran kebencian; kita harus benci dan tidak setuju terhadap tindakan ujaran kebencian karena ucapan tersebut dapat menyakiti orang lain dan melanggar aturan agama. 

Lantas kebencian kita terhadap ujaran kebencian tidak boleh serta merta membenci orang yang menyebarkannya. Jadi kebencian terhadap hal yang tidak sesuai agama dibenarkan akan tetapi justifikasi terhadap orang yang melakukannya tidak diperbolehkan. Allah mengecam keras para pelaku ujaran kebencian dan yang terlibat dalam perbuatan tersebut ke dalam dosa besar, mendapat azab dan murkanya. Mengapa kita tidak boleh menjustifikasi orang-orang yang berbuat ujaran kebencian karena selain dilarang oleh agama juga untuk memutus rantai ujaran kebencian.

Ujaran kebencian berawal dari perasaan benci dan penyakit hati. Benci adalah perasaan tidak suka yang sangat, sehingga mendorong tindakan (action). Benci diawali dengan perasaan iri yang menjelma menjadi dengki. Apabila iri masih berada dalam tataran perasaan, dengki diwujudkan dalam tindakan. Kebencian seperti inilah yang tidak diperbolehkan oleh agama dan harus kita perangi baik dari internal diri kita maupun eksternal.

Macam macam ujaran kebencian menurut Islam adalah ghibah (menyebutkan sesuatu pada orang lain, yang mana sesuatu itu tidak disukainya), berbohong (menceritakan sesuatu yang bertolak belakang dari realita yang ada, dan bentuknya itu tidak hanya terbatas pada ucapan, tapi juga dalam perbuatan seperti isyarat tangan, gelengan kepala, terkadang juga dengan diam), namimah atau provokasi (provokasi adalah menghasut, dengan cara mengadu perkataan seseorang kepada orang lain), dan fitnah (menyebarkan informasi yang bertujuan untuk membangun stigma negatif atas suatu peristiwa yang dilakukan oleh orang lain berdasarkan fakta palsu sehingga dapat mempengaruhi penghormatan, wibawa, atau reputasi seseorang).

Di Indonesia ujaran kebencian kadang juga menggunakan hoaks. Hoaks bisa diartikan sebagai informasi yang direkayasa, baik dengan cara memutar- balikkan fakta ataupun mengaburkan informasi, sehingga pesan yang benar tidak dapat diterima seseorang.

Perilaku ujaran kebencian; ghibah, berbohong, provokasi, fitnah dan juga hoaks tersebut tentu saja mempunyai akibat baik di dunia maupun di akhirat. Didunia sangat memungkinkan terjadinya permusuhan antara pelaku dan korban. Apabila rasa permusuhan telah tumbuh, maka dapat mengakibatkan hilangnya rasa kasih sayang dan sekaligus dapat merusak perdamaian. Sedangkan di akhirat, Allah mengecam keras para pelaku ujaran kebencian dan yang terlibat dalam perbuatan tersebut ke dalam dosa besar, mendapat azab dan murkanya, diantaranya dalam surat An Nur ayat 11 dan surat Al Hujurat ayat 6 & 11.

Perkembangan penetrasi internet di Indonesia membuat platform media sosial menjadi sarana efektif untuk mendistribusikan ujaran kebencian. Tentu kita tidak ingin terperosok pada prilaku ujaran kebencian, oleh karena itu kita harus memiliki prinsip agar terhindar dari perilaku tersebut baik di dunia maya maupun di dunia nyata yakni dengan bersikap jujur, adil, akurat dan motif yang lurus.

 Saat ini kita harus memaknai hijrah tidak hanya sebatas merubah tampilan diri menjadi lebih syar'i namun kita juga harus hijrah hati dengan membenci kebencian itu sendiri, boleh membenci namun yang syar'i. Hindari penyakit hati! 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun