Mohon tunggu...
David Herdy
David Herdy Mohon Tunggu... Penulis lepas

Penulis lepas yang aktif menulis fiksi dan non fiksi tema ruang publik sebagai bagian dari narasi ingatan kolektif. "Menulis adalah upaya kecil untuk mengabadikan pikiran sebelum ia lenyap. Karena ide tak punya kaki, kecuali kutuliskan."

Selanjutnya

Tutup

Diary

Siapa Aku Saat Tak Ada yang Melihat?: Branding Diri dalam Sepi

25 Juni 2025   17:00 Diperbarui: 25 Juni 2025   12:00 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aku dan Sepi yang Membuka Jati Diri, Konawe Utara Sulawesi Tenggara 2016 | Dok Foto Pribadi

Sering kali kita berpikir personal branding itu untuk dilihat orang lain. Tapi bagaimana jika justru saat sepi, kita baru tahu siapa diri kita yang sebenarnya? Tulisan ini tentang membangun makna, bukan citra.

Catatan Hari ke-1 -- Blog Competition Masih Cerita Cuan 2025

Hari pertama ikut blog competition Masih Cerita Cuan 2025 ini justru mengantar saya pada satu pertanyaan sederhana tapi mengganggu: "Apa arti branding diri saat tak ada yang melihat?" Dalam dunia yang sibuk mengejar perhatian, saya memilih berhenti sejenak dan bertanya --- apakah cuan itu hanya soal uang, atau juga soal nilai yang saya bangun dari dalam?

Di tengah kesunyian proses, 

saya menyadari: branding diri bukan cuma tentang tampil menarik di media sosial, tapi tentang membangun kepercayaan, makna, dan integritas --- bahkan saat belum ada yang membeli, membaca, atau mempercayai kita.

Ini pelajaran penting yang saya dapat dari kisah banyak orang yang pelan-pelan membangun hidupnya, termasuk lewat akses ke Pegadaian Syariah, yang mendukung langkah kecil masyarakat tanpa riba dan tanpa harus menjadi orang lain.

Lewat tulisan ini, saya ingin membuka ruang refleksi: bagaimana kita memaknai diri sendiri di era yang memaksa semua orang untuk tampak "lebih". 


Mungkin, cuan sejati dimulai dari sini: dari kejujuran kita menghadapi sepi, dari ketulusan kita membangun citra yang otentik.

Sepi yang Membuka Jati Diri

Branding diri sering dikaitkan dengan eksistensi di media sosial: seberapa aktif kita, seberapa konsisten konten kita, dan seberapa banyak orang mengenal nama kita. 

Tapi pernahkah kita bertanya, apa arti branding diri saat tak ada yang melihat? Saat tak ada notifikasi masuk, tak ada tepuk tangan, dan tak ada yang peduli dengan keberadaan kita --- siapa kita saat itu?

Sepi kadang menakutkan, karena ia membawa kita berhadapan dengan diri sendiri. Tidak ada pencitraan, tidak ada topeng. 

Di titik itulah personal branding yang sesungguhnya diuji. Apakah kita masih mau melanjutkan karya, proses, dan nilai-nilai kita walau tak ada penonton?

Branding Diri Bukan Sekadar Citra, Tapi Makna

Dalam dunia kerja dan sosial hari ini, branding diri kerap dikejar demi validasi. Kita belajar membentuk "persona": profesional, konsisten, menarik. 

Namun, branding sejati bukan hanya tentang citra, melainkan makna. Orang mungkin lupa tampilan kita, tapi mereka akan ingat rasa yang kita tinggalkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun