Syair Tuan Blanco
Tuan Blanco
terdiam dan terhenyak
di ruangnya yang sepetak
jemari kekar genggam secarik
kertas pasi berisi pahatan diksi-diksi
yang tak basi kelak disaji di muka mimbar
Tuan Balanco
tak pernah menanam
sebiji pun benih sesumbar
dan menjaga tapak lengannya
agar tak serta merta menampar
di atas sorot mata bersimbah nanar
Tuan Blanco
saban hari kerap
memahat aksara dan
lantas menghidupkannya
dirangkum satu persatu dari
penggalan-penggalan kisah getir
Tuan Blanco
menghela nafas diksi
merajah sehelai kertas pasi
dengan tetes-tetes air matanya
ceceran merah darah dari nadinya
hingga menjadi berlembar bait syair
Tuan Blanco
menelan pahit getir
mengunyah biji nestapa
menelan ramuan diracik oleh
lengan kenyataan tak terbantah
menggumuli susah di asin keringat
Syair-syairnya
dipahat dari jalanan
dari lorong-lorong kelam
dari nafas-nafas mereka yang
hidup direngkuh erat lengan sukar
dan dari penderitaan berkepanjangan
Tuan Blanco
menghela nafas panjang
sejenak lupa wajah mimbar
syair-syairnya bergelimpangan
mematri sedih mengoyak selaksa
rasa di atas miris prasasti kenyatan
H 3 R 4
Jakarta, 30/09/2022