Perahu Retak Dinding Asa Koyak
Aku berlari mengejar ombak
kakiku kalah cepat sedang
ombak tak bisa dilampaui
lantas aku berteriak disusul
gemuruhnya ludahi putih buih
Sorot mataku setajam karang
karang yang diam seakan tak sudi
beranjak dari tempatnya berdiri
meski tiada jemu segara menampar
pelepah nyiur hingga koyak
Legam kulitku kerap dipanggang
di atas tumpukan bara mentari
tak segan buat tubuh kelojotan
panasnya menjilati dada telanjang
memerah keringat di tubuh nan pekat
Bola mataku memahat peristiwa
tubuh bahtera yang koyak
sehelai layar tercabik serta sedikit
ikan-ikan terperangkap di jaring
di antara payau dan desau
Kelabu langit di atas kepalaku
seperti sesaat lagi hendak
meramu deras hujan
di antara barisan awan kelam
semesta tampak muram
Aku adalah anak pantai
pesisir kerap buat darah berdesir
bergumul dan mencumbui bulir pasir
mendorong perahu ke tengah laut
hingga digiring tangan-tangan ombak
Menuju Lautan Lepas
digelayuti lentera asa
menjemput semesta kelak
meracik pekat serta kenakan
sehelai gaun malam berpayet
Serpihan gemintang serupa berlian
H 3 R 4
Jakarta, 27/07/2022