Penantian tatkala Rinai Hujan
Di luar hujan tak kunjung reda dan
bulirnya tak henti berhambur
mengetuk kaca jendela
Secangkir kopi panas cukuplah
hangatkan tubuh di tengah
hawa serasa membeku
Di antara tegukan berbaur resah
mengajak kedua netraku
melirik arloji di lengan
Entah sampai kapan tertahan
berkarib sunyi menyaksi
jarum waktu bertikai
Hingga perlahan namun pasti
aku terbunuh badik sepi
disergap kantuk
Gemericik air merupa denting
perlahan senandungkan
lirih sebuah nama
Sejenak tertegun di sela nelangsa
penantian tatkala rinai hujan
basuh segarkan Ingatan
Tentangmu . . .
H 3 R 4
Jakarta, 15/07/2022
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!