Juwita Malam, Rinai Hujan dan Benih Kerinduan
Malam ini sang Juwita Malam
sepertinya enggan
menampakkan diri
dari tempatnya bersemayam
Tak ada pertanda
ia akan memunculkan diri
turun dari singgasana
bertabur pendar cahaya
Tersenyum anggun hadirkan
seberkas sinar terang
membelai wajah Buana
mengusap lapisan basah aspal
Awan kelam menggantung
di langit malam seakan
sembunyikan elok rupa
wajah sang rembulan
Rintik hujan berjatuhan
riuh di atas genting
mengetuk kaca jendela
dengan bulir-bulir airnya
Berderak ranting
menggesek dedaunan
mencipta suara gemertak
menggaduhkan malam
Rinai hujan tergelincir
dari ceruk langit seperti
lelehan air mata dari
kelopak mata nan sembab
Menganak sungai membawa
serta kesedihan yang
menggenang dan mendekam
dalam ruas-ruas jiwa
Rintik hujan menitik
seperti ribuan anak panah
melesat cepat menghujam
pori serta nadi Bumi
Malam gelap tak berbintang
pijar Purnama serta Gemintang
seakan lenyap di telan awan kelam
sekelam dan sepekat arang
Hujan menyisa jalanan basah
serta tanah becek mencetak
tapak-tapak ban di badan jalan
di lintasi lalu lalang kendaraan
Dalam Rinai hujan aku merindu
rindu dekap hangatmu
rindu rebah di bahumu
tempatku sandarkan
Seluruh lelah raga
***
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta | 27 Oktober 2020 | 19:42