Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Refleksi Diri: Menjalani Hidup Ini ternyata Sederhana

19 September 2025   08:10 Diperbarui: 19 September 2025   08:08 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Foto (Sumber Pixabay). 

Menjalani hidup ini ternyata sederhana. Apakah benar demikian? Aku harus bisa menjawab makna dari kata sederhana tersebut. 

Mungkin jawabannya bisa saja hanya sekedar menjadi refleksi diri. Atau itu hanya menghibur diri karena menjalani hidup ini saja sudah terlalu berat. 

Dalam pikiranku mengendap sebuah kalimat gamang bahwa hidup ini saja sudah susah kenapa harus dibikin rumit, maka lebih baik sederhanakan saja. 

Orang bijak pernah berkata bahwa hidup yang sebenarnya itu dimulai pada usia 40 tahun. Aku tidak tahu siapa yang pertama kali ngomong seperti itu yang jelas itu adalah kalimat bijak yang merujuk pada filosofi. 

Makna filosofisnya adalah pada usia 40 tahun adalah sebagai titik awal dari kehidupan yang lebih matang, menemukan rasa sadar diri, dan semakin terasa bahwa hidup ini bermakna. 

Pada usia matang itu biasanya manusia memiliki stabilitas emosional dan mungkin juga finansial, serta pola pikir bijak yang didapat dari pengalaman hidup sejauh ini. 

Konsep ini juga diperkuat dalam konteks ajaran agama, di mana pada usia 40 tahun merupakan usia dewasa yang penuh dengan kematangan dan kebijaksanaan dalam berpikir, berkata dan berbuat. 

Bisa menjadi momen untuk refleksi diri, menjalani tobat, dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Sang Pencipta. Pada usia itu adalah saatnya yang tepat untuk memahami bisa menerima diri sendiri secara lebih dalam dan lebih fokus. . 

Begitu juga sudah saatnya untuk meninggalkan pikiran tentang ekspektasi orang lain. Fokus saja pada kebahagiaan diri sendiri yang nyata dijalani. Saatnya tidak butuh lagi validasi dari siapapun. Lebih percaya pada diri sendiri dalam menata ruang kehidupan. 

Momen tepat untuk merenungkan jati diri dengan memperbanyak bersyukur, memahami arti ibadah, memahami arti dari sosok seorang hamba di depan Khaliqnya.  

Kesadaran sosok individu seperti tersebut tentu saja tidak semudah menuliskannya dalam sebuah artikel seperti ini. Jauh lebih sulit saat menjalaninya dalam kehidupan yang nyata. . 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun