Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kartini Pejuang Emansipasi dan Misteri Poligami

21 April 2025   09:46 Diperbarui: 21 April 2025   10:05 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah ini sebagai wujud ketaatan Kartini kepada orang tua yang sangat dihormatinya? Ataukah ketidak berdayaannya menghadapi lingkungan feodal yang ada dalam keluarganya. Entahlah hingga saat ini keputusan Kartini menerima poligami masih jadi misteri. 

Situasi yang dihadapi Kartini saat itu adalah dilema yang nyata, yaitu antara keinginan untuk menentang praktik poligami dan kewajiban sosial serta tekanan dari keluarga untuk menikah dengan seorang bupati. 

Fakta ini pada saat menerima pernikahannya dengan Bupati Rembang menunjukkan bahwa Kartini tidak sepenuhnya bisa melawan tekanan sosial dan tradisi yang berlaku pada saat itu. 

Fenomena tersebut juga sebagai gambaran betapa beratnya perjuangan Kartini dalam meraih kesetaraan kaum wanita pada masa itu. Tantangannya bukan saja datang dari luar tetapi juga dari dalam keluarganya sendiri. 

Dari catatan sejarah, saat menerima keputusan keluarganya untuk poligami, Kartini mengajukan beberapa syarat kepada calon suaminya. Persyaratan itu adalah boleh membuka sekolah dan mengajar para putri pejabat di Rembang. 

Juga diizinkan untuk membawa ahli ukir Jepara ke Rembang dalam upaya membantu mengembangkan kerajinan ukiran secara lebih komersial bagi keterampilan kaum wanita di sana. 

Meskipun dipoligami, Kartini tetap aktif dalam perjuangan kemajuan perempuan, termasuk dalam upaya membuka sekolah untuk perempuan dan memperjuangkan hak-hak perempuan. 

Keputusan Kartini untuk dipoligami hingga saat ini masih menjadi misteri sehingga menimbulkan perdebatan sengit di antara para pakar sejarah. Banyak pula yang mempertanyakan apa sebenarnya motivasi dan alasan di balik keputusannya. 

Polemik tentang poligami yang dikaitkan dengan agama hanya menghasilkan perdebatan yang tidak berujung dengan argumen pembenaran masing-masing. Satu hal yang paling penting adalah janganlah berpoligami jika tidak mampu berlaku adil. 

Inilah fakta betapa perjuangan Kartini sangat berat sampai dirinya juga harus berkorban dengan menerima praktik poligami yang justru ditentangnya. 

Pada momen yang sangat istimewa ini mari kita renungkan semua yang telah diperjuangkan Raden Ajeng Kartini. Sosoknya adalah inspirasi abadi bagi perempuan Indonesia untuk berani bermimpi dan mengejar cita-cita. Habis gelap terbitlah terang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun