Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan dan sejak 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Tahayul di Dusun Suluh Hawu

27 Mei 2023   05:32 Diperbarui: 27 Mei 2023   10:05 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu Dusun masyarakat Baduy di Banten (Foto Dok. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif via Kompas.com)

Aki Damar pernah bercerita tentang pasien wanita yang mendapat pengobatan dengan ramuan tradisional di Dusun Suluh Hawu.

BACA JUGA : Ombak Putih Selat Sunda

Dia bernama Arum dan suaminya bernama Jaka. Arum adalah wanita yang cantik yang saat masih gadis menjadi incaran anak Kepala Dusun Suluh Hawu, Ariaraja.

Namun jodoh Arum adalah Jaka, pemuda sederhana asal Cilegon. 

"Awalnya Aki mempunyai prasangka bahwa ini perbuatan Ariaraja, anak kepala dusun itu. Tapi segera Aki buang prasangka itu." Jelas Ki Damar.

Bayu mendengarkan cerita itu dengan sungguh-sungguh.

"Namun setelah 18 bulan ini, kehamilan Arum masih belum melahirkan, Aki kembali punya prasangaka lagi."

Bayu memberikan komentar pendek bahwa halite tidak perlu lagi menjadi pemikiran. Sekarang saatnya fokus untuk pengobatan.

Ki Damar tampaknya sudah mengerti dengan perkataan Bayu tersebut. Walaupun sebenarnya hati kecilnya masih ada ganjalan kepada Ariaraja.

Pemuda anak kepala dusun ini kerap kali mempermainkan gadis-gadis di Dusun Suluh Hawu.

Wajahnya yang ganteng dengan perawakan kekar, Ariaraja pintar meanfaatkan kelebihan fisiknya untuk menggaet gadis-gadis di dusun ini.

"Bagaimana Nak Bayu? Sudah siap kita berangkat?" Tanya Aki Damar. Pemuda itu hanya mengangguk pelan.

Setelah dua hari yang lalu berkunjung, mereka berdua kembali menemui pasien wanita bernama Arum itu di rumahnya.

Suaminya, Jaka menyambut kedatangan Aki Damar dan Bayu.

Mereka berdua langsung menuju kamar pasien wanita itu terbaring tak berdaya.

Jaka bercerita tadi malam dini hari Arum sempat merasakan kesakitan hebat sampai pingsan.

Namun beberapa saat kemudian sadar kembali dan meminta minum.

"Lalu saya berikan minuman ramuan dari Aki Damar." Ujar Jaka.

Bayu sempat berpikir tadi malam dini hari ketika dia tengah berdzikir, ada serangan hebat dari Si Iblis bermata satu itu.

Mungkin itu ada hubungannya dengan serangan yang sama kepada wanita ini. Untung saja pasien Aki Damar ini cukup tangguh juga menghadapinya.

Bayu masih ingat cerita dari gurunya, Kiai Furqon, suku Baduy paling pintar menggunakan ilmu-ilmu seperti ini. Namun mereka menggunakannya untuk menolong orang.

Tentu saja dalam masyarakat Baduy ada saja orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang menyalah gunakan ilmu itu untuk kejahatan.

Apalagi kejahatan tersebut bekerja sama dengan kekuatan Iblis seperti Iblis bermata satu ini.

Kiai Furqon juga pernah bercerita banyak ilmu yang berasal dari pedalaman Gunung Karang di Pandeglang.

Terutama pada saat Banten masih ada dalam kekuasaan Raja-raja Hindu Pajajaran pada awal abad 16, sebelum pengaruh Islam datang dari Sunan Gunung Jati Cirebon.

Dari sana ilmu putih maupun ilmu hitam sama-sama kuat saling menjatuhkan. Suku-suku di lereng Gunung Karang dan di pedalaman menguasai ilmu-ilmu tersebut secara turun temurun.

Menurut Kiai Furqon sebagian ilmu yang sekarang dimiliki Bayu ada yang berasal dari pedalaman Gunung Karang itu.

Bayu tahu salah satu ilmu itu adalah telepati. Ilmu ini bisa digunakan untuk berkomunikasi dengan guru atau dengan saudara seperguruan di padepokan.

Selain itu ilmu telepati juga bisa dipakai untuk melakukan serangan menghancurkan anasir jahat dari jarak jauh.

Bayu teringat sewaktu masih di Padepokan Bayusuci, sering kali diminta Kiai Furqon membantu menggunakan ilmu telepati untuk menghancurkan anasir-anasir jahat dari jarak jauh.

Namun pengalaman ini adalah pertama kalinya Bayu melakukan pengobatan secara langsung menghadapi Si Sakit yang ada di hadapannya.

Tidak lupa juga Bayu melakukan hubungan telepati kepada Kiai Fruqon pada Subuh tadi. Sehingga gurunya di Anyer Kidul itu tahu apa yang akan dilakukan murid kesayangan ini.

Arum dan suaminya, Jaka dengan setia menunggu pengobatan gaib yang dilakukan oleh Bayu Gandana.

Pemuda gagah itu duduk khusyu menghadapi sosok wanita yang tidak berdaya.

Sebelumnya Bayu sempat berpesan kepada Arum agar bersiap-siap menahan rasa sakit yang hebat.

Juga berpesan kepada Jaka untuk siap memberikan pertolongan seperlunya jika terjadi hal-hal di luar perkiraan.

Bayu masih duduk khusyu, membaca penuh hidmat ayat-ayat Al Quran yang pernah di ajarkan Kiai Furqon.

Sementara di samping Bayu, Ki Damar juga ikut berdzikir dengan khusyu.

Suasan ruangan itu sangat hening. Sungguh benar-benar mencekam. Andai saja ada sebutir jarum jatuh maka dentingannya terdengar seperti sebuah ledakan.

Sudah setengah jam berlalu. Kini mulai masuk waktu satu jam.

Tetiba Arum berteriak dengan mata membelalak. Jaka, suaminya masih memegang erat bahu istrinya ketika mulai meronta.

Bayu sendiri masih terus khusyu fokus berperang dengan mata batinnya memandang tajam Iblis bermata satu itu.

Terlihat titik-titik peluh pada dahi Bayu menandakan pertarungan mereka sangat sengit.

Sedangkan Arum kini menjerit lebih keras lagi. Diapun meronta lebih kuat. Jaka mencoba menjaga dengan memegang agar tubuh istrinya tidak jatuh dari dipan.

Dengan mata batinnya, Bayu melihat jelas sosok Iblis itu menyeringai. Terlihat lidahnya bercabang dan penuh dengan belatung dan bau busuk.

Dalam pertarungan gaib itu, Bayu masih berdiri kokoh menghadapinya. Sebuah pukulan tenaga tanpa wujud membuat Iblis itu terjengkang.

Ternyata Si Iblis masih mampu berdiri. Lalu berbalik memukul dengan pukulan jarak jauhnya yang membuat Bayu terlempar.

Dalam alam nyata di ruangan itu, Bayu benar-benar terlempar ke luar menembus dinding anyaman bamboo.

Bayu tersadar lawan yang sedang dihadapinya bukan lawan sembarangan. Secepatnya dia kembali masuk kamar dan duduk khusyu melanjutkan dzikir gaibnya.

Ketika Bayu berhasil kembali ke arena pertarungan gaib dengan Iblis bermata satu itu. Ternyata Iblis itu sudah tidak ada di sana.

Begitu pula Arum di atas dipan itu sudah terlihat tenang dalam pelukan Jaka, suaminya.

Arum sudah tersadar dan hanya mampu menangis. Saat itu juga Aki Damar memberikan minuman berupa ramuan tradisional untuk memberikan kenyamanan bagi Arum.

"Nak Bayu ada yang luka?" Tanya Aki Damar. Bayu hanya menggeleng sambil tersenyum.

Terlihat kamar itu berantakan. Dinding bambu yang menjadi sekat pemisah ruangan hancur tertimpa tubuh Bayu Gandana yang terlempar.

Bayu sengaja tidak menceritakan keadaan yang sebenarnya tentang kejadian pertarungan gaib dengan Si Iblis bermata satu.

Menurut Aki Damar, Iblis bermata satu itu hanya tahayul yang berkembang di tengah penduduk Dusun Suluh Hawu.

Padahal mereka tidak pernah tahu bahwa Iblis itu memang ada di sana bergentayangan mencari mangsa.

#FiksiSejarah

Salam @hensa17.

BERSAMBUNG

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun