Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan dan sejak 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Sebuah Jejak Foto Masa Lalu

2 November 2020   15:29 Diperbarui: 2 November 2020   16:28 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Foto by Pixabay

"Alan boleh aku bertanya?" kata kinanti.

"Boleh!"

"Aku sudah dua kali ke rumahmu ini tapi tidak ada sebuah fotopun di ruang ini yang kumaksud foto Diana Faria. Maaf Alan aku bertanya seperti ini."

"Tidak apa-apa Kinan. Dulu foto Diana Faria ada di ruang kerjaku tapi sekarang sudah lama aku simpan."

"Alan bolehkah aku berkenalan dengan Diana Faria walaupun hanya melalui foto?" Kata Kinanti sambil memandangku. Aku balik memandangnya lalu mengangguk.

Segera aku bergegas mengambil foto Diana Faria di Box pribadiku yang terkunci rapi. Aku menyerahkan foto itu kepada Kinanti. Sambil memandang foto itu, sejenak Kinanti tertegun.

"Seorang wanita yang cantik. Wajahnya lembut dengan senyum menawan. Iya Daisy Listya mirip dengan Diana Faria. Hanya Diana kulitnya lebih putih. Alan sungguh berbahagia dicintai oleh wanita seperti Diana Faria," kata Kinanti sambil memandang foto itu tak berkedip.

"Ya Kinan terima kasih. Diana Faria sudah ditakdirkan Allah bukan menjadi jodohku walaupun dia mencintaiku. Aku harus ikhlas menerima takdir ini. Sekarang ini aku hanya ingin menunggu takdir Allah yang lain," kataku mulai serius.

Aku masih melihat Kinanti memandangi foto Diana Faria tidak berkedip.

"Hidup ini begitu penuh dengan misteri," kata Kinanti sambil matanya masih memandang foto itu.

Kelihatan mata Kinanti mulai berkaca-kaca. Apa yang dirasakan Kinanti saat ini, tidak ada yang tahu. Kinanti mulai hanyut dalam perasaannya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun