Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan dan sejak 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen| Harapan Tinggi Dosen Jomblo

21 Januari 2020   14:24 Diperbarui: 22 Oktober 2020   14:24 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto Global-news.co.id

"Iya ya!" Gumamku sambil tersenyum sendiri, "Begini Lis skripsi sudah saya koreksi termasuk data HPLC. Tampaknya ada beberapa sampel yang hasil analisanya masih kurang akurat. Listya harus meluangkan waktu untuk mengulang analisa HPLC. Paling tidak minggu ini sudah dikerjakan agar bulan depan sudah bisa masuk agenda ujian akhir skripsi." Kataku menyampaikan panjang lebar prosedur perbaikan skripsinya.

"Ya Pak kalau begitu besok saya booking alat HPLC dulu. Mudah-mudahan sedang kosong sehingga minggu ini sudah bisa saya kerjakan analisanya," kata Listya.

Terus terang selama dia berbicara, tidak lagi kuperhatikan yang dia bicarakan. Aku begitu menikmati suara lembutnya. Listya memiliki kelembutan suara seperti Diana Faria. Ini keterlaluan bagiku karena sangat terobsesi dengan kehadiran gadis ini seolah Diana Faria.  

"Hallo! Kenapa diam saja Pak?" Terdengar suara Listya mengagetkanku. "Oh ya ya sorry Lis aku tadi melamun," kataku sambil tertawa.

"Wah ingat kekasih hati ya Pak?" Kata Gadis itu menggodaku.

"Bukan Lis. Ah kamu itu ada ada saja," sahutku sambil tersenyum. "Oke kalau begitu besok Listya mulai bikin program dan jadwal sesuai saran saya ya!" Kataku mencoba mengembalikan pembicaraan ke topik semula.

"Baik Pak, secepatnya saya mengambil hasil revisi Bapak. Apakah besok boleh? Bapak punya waktu?" Tanya Listya.

Untukmu waktu selalu ada Listya, kataku dalam hati.

"Iya ada waktu. Oke Lis, ditunggu di Kantor. Pagi-pagi saja ya, Lis," jawabku. "Sampai ketemu besok. Assalaamualaikum!" Kataku menutup pembicaraan.

"Terima kasih Pak. Waalaikumsalaam," suara jawaban Daisy Listya.

Ya Tuhan besok aku bertemu dia lagi. Rasanya sudah tidak sabar, namun waktu baru menunjukkan pukul sembilan malam lewat seperempat. Itu berarti aku harus mengarungi malam yang terasa sangat panjang karena harus menunggu esok untuk bertemu Daisy Listya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun