Suatu ketika, desa Bime mendapat program beasiswa daerah bagi anak-anak berprestasi tapi kurang mampu. Henry pun memberanikan diri untuk mendaftar. Dengan tulisan sederhana, ia menulis surat permohonan yang jujur tentang perjuangannya hidup sendirian dan keinginannya untuk membangun pendidikan di kampungnya.
 Beberapa minggu kemudian, kabar bahagia datang: Henry diterima sebagai penerima beasiswa! Ia akan dikirim ke kota untuk kuliah di jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia. Air mata bahagia menetes di pipinya --- bukan karena keberuntungan, tetapi karena doa dan kerja kerasnya akhirnya terjawab.
4. Resolusi (Penyelesaian)
Tahun demi tahun berlalu. Henry berhasil menyelesaikan kuliahnya dengan nilai baik. Setelah lulus, ia kembali ke Bime sebagai guru muda. Ia mengajar dengan hati, memberi semangat kepada murid-muridnya agar tak menyerah pada hidup, seberat apa pun keadaannya.
Kini, anak-anak di desanya mengenalnya sebagai Pak Henry, sosok yang ramah dan penuh inspirasi. Ia menjadi bukti bahwa seorang anak yatim-piatu pun bisa bangkit dan membawa perubahan bagi lingkungannya.
5. Koda (Amanat)
Cerita hidup Henry Wasini mengajarkan bahwa kehilangan bukan alasan untuk menyerah, dan kemiskinan bukan penghalang untuk bermimpi. Dengan tekad, kerja keras, dan doa, masa depan yang cerah akan selalu menemukan jalannya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI