Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Bukan Pekerjaan Impian, tetapi yang Terbaik

12 April 2021   18:01 Diperbarui: 19 April 2021   23:05 736
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ibu dan anak | foto: pixabay.com/edsavi30

Singkat cerita, ada pengumuman dari om saya yang berkarir di dunia penerbangan. Menurutnya, satu penerbangan asing dari negara Asia Selatan sedang mencari pegawai yang sesuai bidang pendidikan saya.

Tanpa banyak tanya, saya penuhi panggilan wawancara dari perusahaan itu. Hanya itu tahap yang saya lewati, saya diminta bekerja secepatnya.

Tidak pernah terpikir sebelumnya, bekerja di maskapai penerbangan asing seperti ini lebih membahagiakan daripada impian yang saya patri di kepala.

Saya mencintai pekerjaan ini. Lingkungan pekerjaan yang menyenangkan, ditambah keistimewaan "bonus" pada penerbangan internasional. Saya menemukan dunia baru yang menyenangkan, bisa mengunjungi berbagai negara pada masa cuti tahunan. 

Sesuai regulasi penerbangan internasional, semua pegawai penerbangan internasional berhak mendapat kemudahan terbang dengan potongan harga sekian persen hingga gratis (hanya membayar pajak). Aturan ini berlaku antarpenerbangan internasional.

Contoh gampangnya, saya, misalnya, dapat mengajukan permohonan tiket ke perusahaan tempat saya bekerja, dan juga ke maskapai penerbangan asing lainnya. Dengan catatan, tidak dilakukan pada masa liburan dan high/peak season. 

Ketika ada kesempatan pindah ke salah satu perusahaan penerbangan Amerika, maka tawaran itu tidak saya sia-siakan. Namun, pekerjaan ini kemudian, dengan berat hati, harus saya tinggalkan, karena saya memang harus pindah ke negara suami. 

Rencana saya waktu itu, setelah menyelesaikan sekolah bahasa Jerman, akan melanjutkan pendidikan magister. Keinginan yang sudah saya atur dengan rapi, ternyata tidak terwujud.

Suami saya yang berkarir di dunia automotif tidak hanya melakukan perjalanan ke luar negeri, terkadang dia harus siap pindah negara. Tugas berikutnya di Amerika Serikat, dilanjutkan tahun berikutnya ke negara tetangganya, Kanada. 

Saya letakkan angan-angan melanjutkan pendidikan di bagian bawah rencana hidup saya. Setelah kembali ke Jerman, saya pun menjadi ibu. Pilihan menjadi full-time mom saya lakoni dengan bahagia tanpa ada sesal, sampai saat ini.

Ya, kita memang tidak bisa mendapatkan segalanya. Selalu ada satu, atau dua yang harus dipilih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun