Saat ini saya bersama keluarga sedang mengisi liburan musim panas yang lumayan panjang. Liburan 6 minggu lamanya, jika dihabiskan hanya di rumah saja pasti sangat membosankan. Selama masa pandemi ini, kita, warga dunia, sudah cukup lama menghabiskan waktu dan melakukan aktivitas dari rumah.
Rencana perjalanan ke luar negeri telah dengan sukarela kami batalkan. Mengambil risiko demi kesenangan diri bukanlah cara bijak untuk dilakukan.
Lantas, apalagi yang bisa dilakukan untuk membuat musim panas tahun ini lebih bermakna?
Saya bersama suami sepakat untuk melakukan perjalanan wisata hanya di dalam negara Jerman saja. Kali ini kami pergi ke bagian Utara negara Jerman yang berbatas dengan negara Belanda.
Negara Uni Eropa sudah hampir semua berada di zona hijau, tetapi ada kekhawatiran akan datangnya gelombang kedua yang lebih parah dari sebelumnya.
Saat ini, pada musim panas yang bertepatan dengan liburan panjang hampir di semua negara Eropa bisa saja memicu bertambahnya jumlah yang terinfeksi pada gelombang pandemi berikutnya.
Negara Jerman termasuk salah satu negara yang berhasil menekan jumlah kematian akibat covid-19. Akan sangat disayangkan jika keberhasilan yang telah dicapai pada awal pandemi yang lalu akan menjadi sia-sia karena masyarakatnya abai.
Seperti kita ketahui bahwa virus corona ditularkan tidak hanya melalui droplet, melainkan juga melalui aerosol.
Mau tidak mau kita semua harus siap menghadapi kemungkinan gelombang kedua corona ini.
Menurut ahli virologi, cara pragmatis untuk menghentikan pertumbuhan klaster (cluster) adalah solusi terbaik. Kita semua harus aktif mendukung kebijakan yang telah dibuat, dengan mematuhi protokol kesehatan yang berlaku, menjaga jarak minimal 1,5 meter, mencuci tangan atau menggunakan desinfektan dan menggunakan masker.
Di Jerman penggunaan masker hanya wajib dilakukan di dalam ruangan dan kendaraan umum. Jadi misalnya, kita memasuki restoran harus mengenakan masker. Masker boleh dilepaskan saat kita tiba  di meja makan.
Pada tiap pintu masuk toko, restoran, praktik dokter, Rumah Sakit dan semua ruang publik terdapat pengumuman protokol kesehatan dan selalu tersedia cairan desinfektan untuk digunakan pengunjung. Di restoran maupun cafe, semua tamu diwajibkan mengisi data diri dengan nomor telepon dan alamat rumah.
Begitu juga yang berlaku di hotel tempat menginap. Semua tamu hotel dan tentunya petugas yang bekerja wajib menggunakan masker ketika berada di dalam gedung hotel.
Suasana menginap di hotel saat pandemi seperti sekarang ini sangat berbeda dengan masa sebelumnya. Tamu hotel hanya terbebas dari masker ketika berada di dalam kamar hotel dan saat berada di ruangan terbuka, seperti halaman parkir dan di teras hotel.
Saya pun menghindari duduk-duduk santai di lobby hotel sambil menikmati hidangan ringan, seperti yang sering saya lakukan.
Ada kelebihaannya pada saat musim panas seperti saat ini. Restoran dan cafe selalu menyajikan hidangan mereka di ruang terbuka.
Seperti yang dilakukan hotel tempat kami menginap, yang kebetulan memiliki teras restoran yang relatif luas. Tamu-tamu hotel bisa nyaman menikmati makanan dan minuman di luar.
Jarak antara meja satu dan lainnya juga sudah diatur sesuai protokol kesehatan. Aturan jaga jarak minimal 1,5 meter bisa diterapkan dan dipatuhii semua tamu hotel. Saat mengambil menu sarapan yang disajikan secara prasmanan, dibatasi maksimal 4 orang di setiap meja hidangan.
Karena semua sajian berada di dalam ruangan restoran, maka setiap kali tamu mengambil makanan tetap wajib menggunakan masker. Suka tidak suka harus buka pasang masker selama menyantap sarapan di hotel.
Selain dari kebiasaan baru dengan batasan sesuai protokol kesehatan yang berlaku, aktivitas di hotel berjalan relatif normal seperti sebelumnya.
Roda pariwisata memang harus kembali berjalan seperti sebelumnya.
....
 Hennie Triana Oberst - DE.10082020
