Mohon tunggu...
Hennie Engglina
Hennie Engglina Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar Hidup

HEP

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gereja dan Corona

14 Juni 2020   00:54 Diperbarui: 14 Juni 2020   00:57 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi FM magazine

Hal Beribadah
Pandemi Covid 19 ini rupanya hendak menginsafkan orang percaya di dunia, bahwa gereja itu bukan gedung, tetapi orangnya.

Coba deh, sebelum Corona melanda dunia, khususnya di Indonesia, kalau bisa seperti saat ini. Apalagi jika di jemaat ada "Farisian" ditambah lagi para "tua-tua ekstrim". Hadeh! Bisa debat kusir tak berujung.

Yang menyedihkan, bukan firman Tuhan yang menginsafkan hal ini, tetapi penyakit! Apakah ini berarti bahwa kita baru bisa diinsafkan dengan musibah daripada dengan apa kata firman Tuhan itu sendiri? Wallahu a'lam.

Karena itu, kalau sejak "stay at home" hingga kini ibadah Minggu dilaksanakan di rumah, ya seharusnya benar-benar ibadah.

Ini waktu Tuhan menguji kita, pribadi dan keluarga, apakah selama ini kita beribadah di gereja tanpa sadar ternyata hanyalah melaksanakan tradisi semata karena memang begitu aturan gereja dan biasanya seperti itu, ataukah benar-benar adalah kerinduan hati kita menyembah Dia.

Inilah waktunya menunjukkan kepada Dia: "Ini aku, Tuhan", "Ini keluargaku". Bukan hanya di gedung gereja, tetapi di mana pun kami rindu menyembah-Mu.

Tidak harus di rumah atau gedung, di bawah langit tak berdinding dan tak beratap pun, "Di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." (Matius 18:20)

Hal Persembahan

Adalah diketahui bahwa sumber utama keuangan gereja adalah dari persembahan jemaat. Gegara Corona, bukan hanya Ibadah Minggu tidak dilaksanakan di gedung gereja, tetapi ibadah-ibadah lain juga dihentikan sementara waktu.

Sejauh pengamatan saya, pelaksanaan Ibadah Minggu yang dilakukan di rumah oleh setiap keluarga diorganisir oleh gereja dengan tetap memberikan pelayanan baik secara tertulis maupun melalui tayangan visual dalam jaringan (online).

Berdasarkan itu, maka persembahan pun tetap diberikan oleh jemaat, sebab ibadah itu diwajibkan tetap berlangsung di setiap keluarga di rumah masing-masing. Bisa saja waktu ini menjadi masa "penagihan".

Kita merasakan bersama, gegara Corona ini, kondisi ekonomi kita terguncang. Kita ada di badai yang sama, tetapi di kapal yang berbeda dengan kondisi setiap kapal pun berbeda-beda. Bisa saja, untuk makan pun sulit. 

Saya ingat perkataan Yesus, "Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan." (Matius 9:13), maka kiranya hal persembahan jemaat tidak berdasar pada Hukum Taurat, tetapi Hukum Kasih.

Jemaat memang wajib memberi persembahan, tetapi gereja juga wajib memberi makan jemaat di saat mereka lapar.

Ingat kisah Yesus memberi makan 5000 orang? Murid-murid-Nya berkata: "Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa." (Matius 14:15). Akan tetapi, apakah jawab Yesus? "Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan." (Matius 14:16)

Mungkinkah, pandemi Covid 19 ini juga hendak dipakai Tuhan, bahwa sekaranglah waktunya gereja tidak hanya "meminta" dari jemaat, tetapi ini waktu untuk "memberi mereka makan"?

Yang menjadi persoalan adalah pada umumnya gereja secara organisatoris tidak menyiapkan diri untuk hal ini. Uang persembahan habis pakai. Masuk dan keluar untuk membiayai program pelayanan. Bidang Daya dan Dana dalam kemajelisan umumnya tidak berfungsi sebagaimana mestinya dalam upaya kemandirian dana gereja.

Memang banyak hikmah dari pandemi ini dan kita banyak belajar dari kondisi ini. Ini bukan yang pertama dan terakhir, walau dalam usia saya menjelang 50 tahun, baru pertama kali saya mendapati kenyataan rumah-rumah ibadah kondisinya seperti saat ini.

Akan banyak kejadian dan peristiwa yang akan mengguncang dunia di hari-hari mendatang. Gereja harus siap sedia menghadapinya secara lembaga dan khususnya secara pribadi lepas pribadi. Tuhan kiranya menguatkan kita melalui badai ini.

Salam, HEP.-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun