Mohon tunggu...
Heni Selfia
Heni Selfia Mohon Tunggu... Administrasi - mahasiswi UIN SUSKA RIAU

mahasiswi UIN SUSKA RIAU, Administrasi negara USR'17

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kepemimpinan Wanita ala Wali Kota Risma

14 November 2019   22:30 Diperbarui: 14 November 2019   22:38 2114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Figur yang seperti itu, pendeknya, menguasai lapangan. Yang terampil mengambil langkah-langkah taktis, yang tidak saja menguasai sumber daya, tetapi juga mempunyai networking kuat. Dia mempunyai basis massa yang kuat. Dari sana dia menggerakkan partisipasi publik dalam pembangunan kota.

Wali kota Surabaya ke depan juga harus telaten dan sabar mendengar warganya. Sebab, kota ini milik banyak orang. Dengan mendengar, dia menyerap keinginan warganya. Dia menyerap keprihatinan warganya. Semakin maju sebuah kota, tentu semakin kompleks masalahnya. Pembangunan yang meningkat pesat, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, juga diikuti pertumbuhan angkatan kerja yang terus meningkat. Bu Risma menjawab tantangan dengan menginisiasi program ''Pahlawan Ekonomi". Sebuah terobosan genuine yang terbukti telah melahirkan banyak wirausaha baru. Karena wali kota Surabaya harus punya networking kuat, gagasan-gagasan kreatif lahir. Dia panjang akal. Mengatasi keterbatasan sumber daya keuangan.

Wali kota Surabaya ini juga punya standar moral yang tinggi. Takut akan Tuhan merupakan cara untuk mencegah potensi-potensi penyelewengan, penyalahgunaan kekuasaan. Sebab, semakin modern penyelenggaraan kekuasaan, pemimpin terus dituntut untuk semakin bersih dan kredibel.

Standar kepemimpinan yang tinggi dari Bu Risma membuat banyak pihak penasaran: siapa yang mampu menggantikannya? Tapi, percayalah, zaman akan melahirkan pemimpinnya. Sekitar 2,1 juta pemilih warga Surabaya pada pilkada 2020 akan mampu melahirkan pemimpin baru.

Surabaya itu memiliki lima faktor daya tarik dalam pilwali. Pertama, Surabaya memiliki APBD besar. Hampir mencapai Rp 10 triliun. Untuk ukuran kota/kabupaten, hanya Kota Surabaya yang mempunyai anggaran begitu besar. Banyak hal yang bisa dikerjakan di kota ini.

Kedua, sistem pemerintahan di Surabaya terus berkembang. Banyak yang telah dihasilkan dari reformasi birokrasi sejak pemerintah kota dipimpin Wali Kota Bambang D.H., pasca era Orde Baru. Kemudian dikembangkan semasa Wali Kota Tri Rismaharini. Pemakaian sistem e-government. Reformasi birokrasi di Pemkot Surabaya mampu menghasilkan sistem pemerintahan yang transparan dan akuntabel. Segala kebijakan menjadi terukur. Tak heran, Surabaya menjadi pilot project KPK dalam pencegahan korupsi. Juga sering menjadi rujukan tempat belajar pemerintah daerah lain.

Ketiga, Surabaya memiliki sumber daya birokrat yang andal. Pejabat yang masih muda-muda bermunculan. Misalnya, camat dan lurah atau di level kepala seksi dan kepala bidang. Merekalah yang mengerjakan pelayanan publik di semua lini. Kalau kepuasan publik atas kinerja pemkot sangat tinggi, itu juga buah kerja para birokrat andal.

Keempat, partisipasi publik terus menggeliat di Surabaya. Partisipasi tidak hanya dalam bentuk mendukung kinerja pemkot, tetapi juga mengkritisi kebijakan-kebijakan pemkot.

Kelima, leadership kota. Telah lahir wali kota hebat di zamannya. Bambang D.H. dan Risma. Mereka punya karya masing-masing sesuai semangat zamannya. Dan di pengujung masa jabatan, dua wali kota itu selalu mewariskan standar kepemimpinan.

Tapi percayalah, zaman akan melahirkan pemimpinnya. Jadi, siapakah nanti wali kota hebat selanjutnya yang akan menggantikannya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun