Mohon tunggu...
Ummu Hanik
Ummu Hanik Mohon Tunggu... Administrasi - Administrator clothing

Hanya seseorang yang ingin berbagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Syal untuk Kesayangan

16 Januari 2020   21:30 Diperbarui: 16 Januari 2020   21:49 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo from : littlewoollie.co.uk

Jam dinding di kelas sudah menunjukkan pukul 09.30, saatnya istirahat. Bel berbunyi tiga kali, semua siswa keluar dari kelas masing-masing. Ada yang langsung ke kantin, kamar mandi, perpustakaan, atau langsung menuju lapangan untuk bermain sepak bola atau basket.

Di kelas X Ipa 3 SMA Merpati, Ana dan temannya, Lina, keluar dari kelas menuju kantin. Biasanya Yana bersama mereka, tapi kali ini ia hanya titip sandwich ayam pada kedua temannya. Ketika ditanya kenapa tidak ikut, dia menjawab kalau masih ada urusan.

"Tumben ya Lin, Yana bersikap aneh kek gitu?" Tanya Ana curiga saat menunggu baksonya datang di meja sudut kantin.

"Aneh gimana An?" Lina balik bertanya.

"Ya aneh aja, biasanya kan kalau istirahat dia ke kantin. Beberapa minggu ini dia nitip ke kita." Ana mencoba menganalisa sikap Yana. "Istirahat kedua juga dia sering ngilang gitu aja. Waktu ditanya, ada aja alasannya." Lanjut Ana

"Iya juga sich, tapi Yana juga gak bilang apa-apa tuh. Tempo hari juga waktu aku tegur, dia juga bilang gak ada apa-apa." Tukas Lina. Pembicaraan tentang Yana pun berakhir saat pesanan mereka datang.

Ananda Firdausia, Yana Fatmasari dan Lina Permata Dewi adalah siswa kelas X Ipa 3 SMA Merpati. Mereka bertiga merupakan satu anggota saat masa pengenalan sekolah, kebetulan mereka dipertemukan di kelas yang sama setelah pengenalan sekolah usai.

Seiring berjalannya waktu, hubungan mereka kian akrab. Masing-masing saling menyayangi satu sama lain, jika ada masalah diantara mereka selalu diselesaikan bersama-sama. Mereka selalu siap memberikan bantuan jika yang lain sedang membutuhkan. Perbedaan karakter antara mereka bertiga menghasilkan sebuah persahabatan yang unik dan indah. Ana, berkulit sawo matang, orangnya serius namun sabar, berjilbab, jago bela diri. Yana, hitam manis, humoris, anggota paskibra sekolah. Lina, berkulit kuning, feminim, modis, tapi jago basket. Perbedaan karakter tersebut tak pernah jadi masalah, yang ada malah saling melengkapi.

Setelah makan, Ana mengajak Lina untuk mencari Yana. Mereka mencari ke semua tempat yang biasa mereka datangi saat istirahat. Gazebo sekolah, perpustakaan, taman depan ruang guru, hasilnya nihil. Yana tak ada di tiga tempat itu. Ana melirik arlojinya, sepuluh menit lagi jam istrahat selesai. Biasanya Yana akan kembali ke kelas lima menit sebelum bel masuk berbunyi. Oleh karena itu, Ana harus menemukannya dan harus mengetahui kenapa sekarang Yana sering menghindar dari Ana dan Lina.

Taman belakang sekolah, satu tempat yang belum didatangi. Tepat di bawah pohon beringin pinggir kolam buatan, Yana duduk sambil mengerjakan sesuatu. Ana dan Lina menghampiri dengan langkah pelan.

"Woi.........." mereka berdua membuat Yana kaget.

"Ya ampun, kalian berdua bikin aku kaget aja." Ujar Yana sambil memegang dadanya. Jantungnya berdetak kencang.

"Kamu tuh dicari kemana-mana, ternyata disini toh tempat semedimu." Kata Ana.

Yana hanya tersenyum simpul melihat Ana yang manyun kesal.

"Iya nih, gak tau apa kita sampe' pegel nyari, eh ternyata lagi enak-enakan di deket kolam." Ujar Lina.

"Lagi ngapain sich? Eh, itu apa?" tanya Ana penasaran melihat barang-barang yang berhubungan dengan rajut-merajut di samping Yana.

"Yah, ketahuan dech." Tukas Yana, membuat Ana dan Lina berpandangan tak mengerti.

"Seperti yang kalian lihat, aku sedang merajut." Lanjut Yana

"Merajut?merajut apa?" tanya Lina penasaran sambil mengutak-atik perlengkapan rajut Yana.

"Syal." Jawab Yana singkat

"Syal?" kata Ana dan Lina bersamaan.

"Untuk apa?dijual?" giliran Ana yang penasaran. Yana menggeleng, "Untuk kak Radit." Jawabnya dengan senyum mengembang.

"What? Kak Radit. Gak salah Yan?" tukas Ana

"Enggak. Ini beneran untuk kak Radit koq." Yana menunjukkan syal rajutan benang hitam putih setengah jadinya pada Ana. "Ntar dech aku jelasin. Sekarang mana sandwich-ku. Laper nich." Pinta Yana sambil menunjuk perutnya. 

Ana pun memberikan sandwich dan air mineral pesanan Yana, setelah itu mereka meninggalkan taman menuju kelas karena bel masuk sudah berbunyi.

Sindrom Fans Senior (SFS), begitu Ana menyebutnya. Kali ini sindrom itu terjadi pada salah satu kawannya. Sejak masuk anggota Paskibra dan mengenal yang namanya Radit, ketua Paskibra siswa kelas XII IPA 5, hari-hari Yana selalu dipenuhi oleh Radit. Dia akan histeris girang saat berpapasan dengan Radit atau Radit lewat di hadapannya, padahal Radit bersikap biasa-biasa saja bahkan cuek.

Ana sudah berkali-kali mengingatkan Yana dengan sindrom tersebut, bukannya Ana tidak ingin kawannya senang. Namun, melihat sikap Radit yang cuek, serta reputasi Radit sebagai cowok populer di SMA Merpati yang kemana-mana selalu didampingi cewek-cewek cantik dan populer juga, membuat Ana harus menyadarkan Yana sebelum sakit hati ditolak oleh Radit. 

Namanya orang sedang kasmaran, tak ada yang bisa mengganggu, Yana sudah kesengsem dengan Radit yang tinggi, putih, tampan, atletis, pintar, jago basket, ketua paskibra, anggota OSIS pula. Bukannya Ana munafik, dia tidak memungkiri keunggulan Radit, namun keunggulan itu dikembalikan lagi pada Sang Pencipta yang menciptakan Radit dengan segala kelebihannya, hanya itu, selebihnya biasa saja.

***

Suatu ketika, saat istirahat kedua, Ana dan Yana duduk santai di tepi kolam taman belakang sekolah. Saat itu, Lina sedang tidak masuk karena izin ada acara keluarga, tinggallah mereka berdua saja sekarang. Yana sibuk dengan rajutannya, sementara Ana sibuk dengan novel di tangannya. Tiba-tiba saja Ana merasa terusik dengan kegiatan Yana, akhirnya ia menghentikan membaca.

"Kamu beneran Yan, mau ngasih syal itu ke kak Radit?" tanya Ana, Yana mengangguk mantap. "Trus kapan ngasihnya? Bentar lagi kan kelas dua belas ujian."

Yana berhenti menyulam dan memandang wajah Ana lekat. "Aku akan ngasih ini di acara malam dana sebelum ujian."

"Kamu nekat ya. Kalau ditolak gimana?"

"Ya, berdoa saja supaya kak Radit gak nolak."

"Bukannya kak Radit udah punya cewek. Gak takut dilabrak?"

Yana menggeleng, "Kak Mila maksudmu?" tanyanya, Ana mengangguk. "Udah putus koq." Jawab Yana yakin.

"Tapi kan masih banyak yang ngincer kak Radit. Sainganmu banyak lho, Yan." Ujar Ana.

"Ana-ku sayang. Jangan khawatir. Aku gak peduli kak Radit nolak atau nerima aku. Yang penting akau udah bertekad bakal ngasih syal ini padanya dan mengatakan cintaku padanya."

"Sekarang kan lagi musim kemarau Yan, panas tau kalau pakai syal."

"Kan bisa dipakai kalau musim hujan. Lagipula cuaca sekarang gak menentu."

Ana sangat gemas dengan ucapan Yana yang sangat percaya diri itu. Ana tidak ingin temannya sakit hati cuma gara-gara cowok yang tidak jelas perasaannya pada kawannya yang satu ini.

"Tau gak Yan?"

"Apa?"

"Syal buatan kamu bagus. Daripada dikasih ke kak Radit mending dikasih ke aku atau Lina aja." Ucap Ana yang kemudian melanjutkan membaca novelnya, sementara Yana hanya memandang lekat pada kawan yang disayanginya itu, kemudian kembali merajut.

***

Hari berganti, tak terasa Ujian kelas XII semakin dekat. SMA Merpati sedang sibuk menyiapkan malam dana, acara tahunan sebelum kelas XII ujian. Dalam acara ini akan ditampilkan berbagai kreativitas siswa, mulai dari siswa kelas X sampai kelas XII. Menyanyi, menari, lawak, dan kreativitas apapun dikenakan biaya pendaftaran yang nantinya akan disalurkan kepada orang-orang yang tidak mampu di sekitar sekolah. Tidak hanya yang menampilkan acara, penonton , guru dan para staf juga diwajibkan untuk menyumbang semampu mereka. Acara yang ditunggu Yana ini akan dilangsungkan minggu depan. Syal buatannya pun sudah jadi, tinggal dibungkus kertas kado. Yana pun tak sabar menanti datangnya hari itu.

Tiga hari sebelum acara malam dana. Saat istirahat, Ana dan Lina dikejutkan dengan Yana yang tiba-tiba masuk ke kelas kemudian memeluk Ana sambil menangis sesenggukan. Ana dan Lina bingung dan bertanya-tanya apa yang telah terjadi pada temannya itu. Namun, Ana membiarkan Yana menangis dipelukannya. Beberapa teman yang melihat mereka juga bertanya-tanya, Lina menjawab bahwa tidak ada apa-apa dengan Yana. 

Beberapa saat kemudian, Yana berhenti menangis.

"Kamu kenapa Yan?" tanya Ana.

"Aku....aku....." Yana bicara dengan terbata-bata.

Ana mengisyaratkan Lina untuk mengambil air mineral di laci bangkunya, Lina menyerahkan air mineral itu pada Yana yang langsung meneguknya.

"Aku....... Kak Dina..." kata Yana kemudian terdiam.

"Kak Dina? Kak Dina kelas XII IPA 3?" tanya Lina, Yana mengangguk. "Emang kenapa sama kak Dina?" lanjut Lina penasaran.

"Waktu aku merajut di taman, tiba-tiba dia datang dan........." Yana memutus ucapannya, sementara Ana dan Lina menunggu dengan tak sabar. Yana memandangi dua temannya. "Melabrakku." Tukas Yana pelan.

"Melabrakmu? Koq bisa?" tanya Lina sedikit emosi.

"Pasti soal kak Radit." Ucap Ana tenang, Yana mengangguk. "Sudah kuduga hal seperti ini akan terjadi." Lanjut Ana.

"Aku gak ada masalah kalau dia suka sama kak Radit, tapi yang bikin aku sedih tuh waktu dia bilang aku cewek gak tau diri. Cewek jelek dan gak pantes buat kak Radit. Aku gak selevel kalau bersaing dengannya." Yana bercerita dengan mata berkaca-kaca.

"Apa? Dia bilang gitu? Kurang ajar banget. Dia pikir dia cantik? Cewek bawel, jutek, sombong kek gitu gak pantes buat kak Radit. Lagian juga dia gak pinter-pinter amat. Mentang-mentang dia keponakan kepala sekolah, terus dia seenaknya aja bilang gitu. Huh.....dasar nenek sihir" ucap Lina dengan penuh kemarahan. Yana dan Ana hanya melongo melihat Lina yang ngomel sendiri. Beberapa siswa yang ada di kelas itu pun heran dengan kelakuan Lina, tapi Lina tetap saja ngomel tak karuan, Ana dan Yana hanya bisa geleng-geleng kepala melihat ulah temannya itu

***

Malam yang dinanti telah tiba. Malam dana yang diselenggarakan SMA Merpati riuh ramai dengan sorakan penonton yang menyaksikan aksi kreativitas yang ditampilkan di panggung. Selain pergelaran unjuk kreativitas, juga ada bazar yang sebagian hasilnya disumbangkan. Yana dengan gaun malam putihnya terlihat manis, sementara Lina dengan gaun hitamnya terlihat sangat cantik. Sayangnya Ana tidak bisa ikut karena sedang sakit. Pertandingan pencak silat yang kemarin dihadapinya menguras tenaga

Deuh, yg lgi sng mo blg cinta. 

Goda Ana lewat sms ke Yana, yang menerima sms hanya tersenyum simpul.

"Siapa Yan?" tanya Lina, "Ana." Jawab Yana kemudian menunjukkan sms itu. Lina hanya membulatkan mulutnya kemudian menikmati musik yang dibawakan oleh band yang sedang tampil.

Doain sukses ya. Balas Yana. 

Wish u d'best. Balas Ana lagi.

Saat yang ditunggu Yana tiba, dengan hati berdebar, ia mendekati Radit. Lina hanya memperhatikan dari jarak jauh, ia pun tak kalah deg-degan juga.

Dua hari kemudian, Ana, Yana dan Lina berbincang-bincang di tempat biasa mereka berkumpul. Hari itu Ana sudah kembali masuk sekolah.

"Eh, ceritain donk. Gimana waktu kamu nembak kak Radit." Rengek Ana pada Yana.

Yana dan Lina berpandangan dan tersenyum penuh misteri.

"Ye..... koq malah senyam-senyum sih. Ayo donk cerita." Pinta Ana lagi sambil mengguncang-guncang bahu Yana.

"Iya, iya........sabar......." sahut Yana. 

Dia mengambil napas panjang kemudian mengembuskannya. Sementara itu, Ana sudah tak sabar mendengar cerita dari kawannya tersebut.

"Aku gak jadi nembak kak Radit." Ujar Yana.

"Apa? Gak salah dengar aku? Kamu gak jadi nembak kak Radit? Lho, koq bisa?" Tanya Ana tidak percaya sekaligus heran. Yana hanya tersenyum.

"Iya, kamu gak salah dengar. Aku gak jadi nembak kak Radit. Aku hanya menyampaikan doaku padanya semoga lulus ujian, itu saja." Ucap Yana, "Bukannya itu keinginan kamu kan, An?" Yana balik bertanya. Ana terdiam. "Tapi........" ujarnya.

"Gak apa-apa An, ini juga sudah jadi keputusanku koq. Aku sudah berpikir matang-matang. Benar katamu, mungkin aku gak cinta sama kak Radit, cuma kena Sindrome Fans Senior yang suatu saat akan hilang seiring bejalannya waktu. Toh perjalananku di dunia ini masih panjang, banyak hal yang harus kupikirkan selain masalah cinta." Yana bertutur panjang lebar. Ana dan Lina menyimak dengan seksama. 

"Aku percaya kalau suatu saat cinta sejati akan datang padaku. Saat ini aku cuma mau fokus sekolah dan meraih cita-cita." Lanjut Yana mengakhiri ceritanya. Ana langsung memeluk Yana dengan penuh haru.

"Semoga apa yang kamu harapkan terkabul." Doa Ana dengan tulus. 

"Amin." Sahut Yana dan Lina bersamaan, Lina pun turut memeluk dua kawannya.

Ana senang karena Yana tidak jadi sakit hati. Walaupun Ana tahu kalau di hati Yana masih terukir nama Radit didalamnya. 

Di dalam hati, Ana juga berdoa semoga Yana kelak mendapat pengganti yang lebih baik dari Radit.

"Lha, terus syal-nya gimana?" tanya Ana setelah melepas pelukan. Yana mengisyaratkan sesuatu kepada Lina yang kemudian mengeluarkan sebuah syal rajutan berwarna hitam-putih bertuliskan huruf YAL di ujungnya. Ana mengernyitkan dahi tak mengerti.

"Ini punyaku, dan ini punyamu." Lina memberikan satu lagi syal yang sama seperti miliknya. Ana menerima syal tersebut dengan heran kemudian memandang ke arah Yana.

"Dan ini punyaku." Yana mengeluarkan syal yang sama dengan milik Lina dan Ana.

"Aku tidak jadi memberikan syal itu, lebih baik aku pakai sendiri saja. Aku juga sengaja gak ngasih tau kalian kalau aku juga merajut syal untuk kalian berdua." Tukas Yana.

"Anggap saja kenang-kenangan dariku. Sebentar lagi kan kita pisah kelas, tapi meskipun pisah kelas kita tetap berteman ya. Makanya kutulis inisial nama kita. Y untuk Yana, A untuk Ana dan L untuk Lina." Lanjut Yana. Ana dan Lina mengangguk. Mereka bertiga kembali berpelukan penuh haru. Yana tidak menyesal memberikan syal itu pada kedua kawannya, karena mereka berdua adalah orang yang Yana sayangi lebih dari sayangnya pada Radit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun