Mohon tunggu...
Hengky Fanggian
Hengky Fanggian Mohon Tunggu... Wiraswasta -

There Must be a Balance Between What You Read and You What Write

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pengalaman Transform Artikel Kompasiana Jadi Video Youtube

15 Desember 2016   22:20 Diperbarui: 15 Desember 2016   22:34 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Beberapa rekan tanyakan hal tsb ke saya, agar tak melakukan pengulangan dalam menjawab maka saya buatkan artikelnya saja. Sengaja judulnya bukan Tutorial, How to atau Cara begini begitu atau judul apa saja yg lain yg terkesan seolah saya sebagai guru. Saya bukan guru, saya hanyalah rekan yg berbagi atas apa yg saya ketahui, itupun sebetulnya tak terlalu banyak dan mungkin saja ada kesalahan kecil di dalamnya. Maka dari itu bila ada yg kritik atau beri saran terhadap tulisan ini, saya justru bersyukur. Oh ya, Karena yg baca mungkin saja ada yg sangat pemula seperti saya pada awal mulanya, maka mohon maaf bila ada kata yg perlu saya jelaskan, bagi yg sudah mengerti mohon maaf, silahkan diloncati saja bagian yg sudah diketahui. Kita mulai saja ya.

A1. Spesifikasi PC

Sebetulnya hardware semakin tinggi semakin bagus terutama untuk proses rendering. Rendering adalah proses finalisasi, yakni setelah seluruh bahan tertata rapi semuanya, yakni narasi artikel kita (audio), kemudian back ground music (audio), kemudian ilustrasi berupa photo atau gambar ilustrasi (bolehkah pakai ilustrasi video ? tentu boleh Cuma harap diperhatikan hak cipta daripada kita kena Ban Youtube). 

Spec Minimalnya berapa ? Ya ini saya kurang tahu persis, namun saya jelaskan saja pengalaman saya. Saat pakai PC lawas dengan Procie Intel Core 2 duo E4600 code name Conroe dan RAM 4 GB DDR3 (namun yg mampu terdetect PC Cuma 3,46 GB – karena saya hanya pakai Windows XP 32 bit). Maka malapetaka yg terjadi. Saat proses penataan bahan tak ada keluhan terlalu berarti meski kadang2 terjadi force close, namun masih dapat dilakukan proses recover sehingga balik asal. 

Force Close ini sebetulnya terjadi berulang ulang namun selalu berhasil Recover. Mungkin ini sebetulnya tanda namun saya tetap saja ngotot memaksa PC sepuh tsb berlari spt kaum muda lainnya. Namun begitu dilakukan rendering langsung PC crash total. Bahkan setelah PC nyala kembali, beberapa program yg tak ada kaitannya dengan video editing jadi terkena imbasnya. Microsoft Office mutlak tak dapat dipakai. Setelah saya uninstall dengan Revo Uninstaller dengan setingan Advance agar seluruh registry sampah terbuang tuntas semuanya, barulah Office & program yg lain dapat muncul kembali dengan sempurna. Bahkan tanpa saya apa apain.

Kemudian saya berpindah pakai PC intel Pentium Haswel G3220 dengan RAM 8GB DDR3 dengan Windows 7 Home Basic 64 bit. Karena pakai windows 64 bit maka RAM segitu dapat dilahap semua, bahkan saya berencana mau upgrade lagi menjadi 16 GB sebab kadang2 masih terjadi force terutama saat penataan bahan2 di Time Line. Untuk proses rendering cukup lancar sikh, tak pernah eror sekalipun. Namun kalau procie lebih tinggi kastanya & RAM lebih besar apalagi bandwith lebih besar, misal pakai yg tipe DDR4, tentulah proses rendering akan lebih mulus & cepat. Itu sikh pasti begitu, oh ya kalau budget agak pas2an, jangan sekali kali menambahkan VGA card tambahan (kecuali PC tsb akan digunakan pula buat main game berat). Sebaiknya budget buat beli VGA card dialihkan untuk peningkatan mutu Procie.

A2. Alat Rekam Suara

Untuk merekam suara dapat digunakan beberapa cara. Pertama saya pakai Hp jadul peninggalan putri saya, daripada dibuang karena sinyal GSMnya amat sangat lemah & baterai senin kemis maka saya pakai saja buat rekaman. Hasilnya dapat dilihat pada Experiment ke 1,2 dan 4. Khusus expriment ke 3 saya pakai headset murahan Rp 50 ribu merk Kenion, mungkin sekarang harganya sekitar Rp 75 – 100 ribu. Di expriment ke 1 suaranya memang terasa agak pelan, tapi itu bukan kesalahan Hp rongsokan tsb. Itu karena jarak antara Hp dan mulut agak jauh. Sekarang saya atasi dengan cara memasukkan Hp tsb ke Pouch (kantong) dan kantong tsb saya ikatkan ke leher sedang tangan saya memegang artikel Kompasiana.

 Tali pengikat pouch sengaja sedikit saya pendekan agar jarak pouch masih dekat dengan mulut. Sebetulnya saya masih punya pula tablet murahan lokal berharga Baru Rp 880 ribu. Namun karena tablet tsb tak dapat menghasilkan rekaman suara dengan format M4A maka hingga kini tak pernah saya pakai untuk expriment tsb.Sebetulnya bila rekan punyanya hanya Hp / tablet lokal murahan seperti itu tak perlu khawatir, format 3GP & AMR yg dihasilkan gadget murahan tsb dapat diconvert menjadi M4A dengan program format factory. Mana yg lebih bagus hasilnya pakai Hp/tablet murahan atau Headset murahan ?

Ini Kelebihan Hp / Tablet  murahan :

1. Gadget dapat rekaman di kamar mandi. Lho kok kamar mandi ? Iya sebab tempat saya sangat berisik lalu lintasnya, bila rekan punya kamar tidur atau kamar apapun yg agak kedap suara maka itu lebih bagus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun