Mohon tunggu...
Hendri Sujatmiko
Hendri Sujatmiko Mohon Tunggu... Guru

Belajar bersama peserta didik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Merdeka Belajar Tetesan Hujan di Musim Kemarau

8 Januari 2023   15:21 Diperbarui: 8 Januari 2023   15:23 1110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak kalah penting adalah filosofi kurikulum ini didasari oleh buah pikir Ki Hajar Dewantara dimana pendidikan diartikan sebagai tuntunan dalam hidup tumbuhnya peserta didik. 

Maksud Pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada peserta didik, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Pendidikan yang berpihak pada anak dengan memperhatikan kodrat alam dan kodrat zaman setiap anak didik. 

Peserta didik ibarat benih padi dan para guru adalah petaninya. Seorang petani hakikatnya sama kewajibannya dengan seorang pendidik yang menanam padi misalnya, hanya dapat menuntun tumbuhnya padi, ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi pupuk dan air, membasmi hama yang mengganggu hidup tanaman padi. 

Meskipun pertumbuhan tanaman padi dapat diperbaiki, tetapi ia tidak dapat mengganti kodratnya padi. Misalnya ia tak akan dapat menjadikan padi yang ditanamnya itu tumbuh sebagai jagung. Selain itu, ia juga tidak dapat memelihara tanaman padi tersebut seperti halnya cara memelihara tanaman kedelai atau jagung. 

Memang benar, ia dapat memperbaiki keadaan padi yang ditanam, bahkan ia dapat juga menghasilkan tanaman padi itu lebih besar daripada tanaman yang tidak dipelihara, tetapi mengganti kodrat padi itu tetap mustahil. Demikianlah pendidikan itu, walaupun hanya dapat 'menuntun', akan tetapi faedahnya bagi hidup tumbuhnya peserta didik sangatlah besar.

Saya pribadi dan beberapa teman komunitas merasa pada kurikulum ini kami pendidik benar-benar diberi kemerdekaan untuk menyusun rangkain proses pembelajaran sesuai dengan keadaan dan kebutuhan peserta didik yang kami ajar. Diverensiasi pembelajaran bisa kami dilakukan pada proses, konten dan produk melihat hasil dari asesmen yang dilakukan pada awal pembelajaran. 

Dengan asesmen diagnostik kognitif dan non kognitif diawal pembelajaran sangat membantu untuk memetakan atau mengidentifikasi peserta didik berdasarkan karakteristik minat bakatnya, kompetensi, model belajar sehingga pembelajaran dirancang benar-benar sesuai dengan krakteristik dan kondisi mereka. Peserta didik juga merasakan kemerdekaan dan kegembiraan akan hal ini, mereka merasa benar-benar diperhatikan, dihargai dan diperlakukan dengan kondisi mereka yang berbeda-beda. Jika dirasakan dan dikaji  lebih dalam lagi pendidikan benar berpihak pada peserta didik.

KKM yang membelenggu pada kurikulum sebelumnya semoga benar-benar dihilangkan pada kurikulum ini. Harapan ini bukan hanya hadir dari kalangan guru sebagai pendidik, namun juga peserta didik dan orang tuanya. Dengan hilangnya KKM akan tampak bagaimana pembelajaran yang menghargai proses dan pencapaian setiap peserta didik dalam pembelajaran. Istilah raport merah masih menjadi momok bagi para orang tua jika ada KKM dalam laporan hasil belajar.

Penggunaan teknologi dalam pembelajaran juga menjadi nafas dari kurikulum merdeka yang sangat erat dengan perkembangan zaman. Perkembangan yang sangat canggih ini sangat relevan jika pembelajaranya didukung oleh teknologi, dimana peserta didik bisa lebih mudah dan praktis mendapatkan informasi dan sumber belajar. Ditambah lagi dengan kebiasaan baru mengajar saat pandemi covid-19 dimana guru terbantu oleh teknologi, yang secara sadar atau tidak meningkatkan kemampuan para guru dalam penggunaan IT. Jangan sampai kembali kepada pembelajaran konvensional, karena itu tidak mengarah kepada kemajuan.

Pembelajaran dengan pendekatan konstruksivisme di kurikulum merdeka menekankan peserta didik sebagai pelaku aktif pembelajaran. Bukan sebagai penerima informasi pasif dari gurunya. Menurut pendekatan belajar konstruktivisme ini tidak ada lagi istilah transfer of  knowlade, pengetahuan bukanlah fakta-fakta, kaidah-kaidah atau konsep untuk sekedar disampaikan lalu diingat. Memahami dalam pendekatan ini adalah menemukan atau membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata. Pembelajaran model ini membutuhkan proses belajar yang berpihak pada peserta didik dan bermakna.

Berikutnya konsentrasi perihal karakter berupa Projek Profil Pelajar Pancasila, ini dicetuskan sebagai pedoman untuk pendidikan Indonesia. Profil Pelajar Pancasila menjadi muatan penting dalam kurikulum merdeka.  tidak hanya untuk kebijakan pendidikan di tingkat nasional saja, akan tetapi diharapkan juga menjadi pegangan untuk para pendidik, dalam membangun karakter peserta didik di lingkungan sekolah dan pembelajaran dalam kelas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun