Mohon tunggu...
Hendri Sujatmiko
Hendri Sujatmiko Mohon Tunggu... Guru

Belajar bersama peserta didik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Merdeka Belajar Tetesan Hujan di Musim Kemarau

8 Januari 2023   15:21 Diperbarui: 8 Januari 2023   15:23 1110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kurikulum merdeka telah terdengar keras gaungnya dalam dunia pendidikan 2 tahun terakhir ini. Hingga saat ini implementasinya sangat gencar dilakukan oleh sekolah-sekolah yang mendapat predikat sekolah penggerak. 

Pada tahun 2021 beberapa sekolah yang terpilih telah melaksanakan kurukulum merdeka ini walaupun dengan istilah lain yaitu kurikulum prototipe. Pada tahun 2022 ini semakin banyak sekolah di seluruh wilayah Indonesia yang ikut mengimplementasikanya dengan alternatif pilihan dari pemerintah dalam hal ini Kemdikbudristek.

Kurikulum merdeka dihadirkan sebagai alternatif atas krisis pembelajaran yang dialami negeri ini yang berlangsung lama dan belum membaik dari tahun ke tahun. Skor PISA tidak mengalami peningkatan yang signifikan dalam 10 sampai 15 tahun berada di bawah kompetensi minimum membaca dan numerasi. 

Hasil tes PISA 2018 juga menunjukkan adanya kesenjangan hasil belajar berbasis status ekonomi-sosial. Ditambah lagi dengan pandemi Covid-19 yang memperparah keadaan dengan hilangnya pembelajaran (learning loss) dan kesenjangan pembelajaran.

Survei AKSI menunjukkan adanya ketimpangan besar antar daerah dalam hasil belajar murid. Studi tersebut memperlihatkan adanya kesenjangan besar antar wilayah dan antar kelompok sosial-ekonomi dalam hal kualitas belajar. Setelah pandemi, krisis belajar ini menjadi semakin parah.

Disinilah kurikulum merdeka diharapkan benar-benar hadir memulihkan keadaan dan pembelajaran. Implementasi kurikulum mulai banyak di pelajari oleh insan Pendidikan, hal ini bukan karena keterpaksaan atas dampak kebijakan Menteri Kemdibudristek Bapak Nadiem Makrim untuk menerapkan kurikulum baru, namun tawaran tetesan air penawar dahaga yang dirasakan oleh seluruh aktifis pendidikan beberapa tahun belakangan. 

Kondisi Pendidikan di Indonesia bagaikan mengalami kemarau berkepanjangan, mengakibatkan pendidik dan peserta didik haus, dahaga akan kemajuan pendidikan. Kurikulum Merdeka hadir bagai tetes hujan di tengah kemarau dengan berbagai tawaran keunggulanya. Ketertarikan pada tawaran kurikulum merdeka yang membangkitkan guru, kepala sekolah dan bahkan pengawas untuk lebih mengenal dan memahami kurikulum ini. 

Tawaran pertama, keunggulan kurikulum yang lebih sederhana dan mendalam, Fokus pada materi yang  esensial dan pengembangan kompetensi peserta didik pada fasenya. Belajar  menjadi lebih mendalam, bermakna, tidak terburu-buru dan menyenangkan. 

Tawaran kedua, lebih merdeka; Guru mengajar sesuai tahap capaian dan  perkembangan peserta didik. Satuan  pendidikan memiliki wewenang untuk  mengembangkan dan mengelola kurikulum  dan pembelajaran sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan dan  peserta didik. 

Tawaran ketiga, lebih relevan dan interaktif; Pembelajaran melalui kegiatan projek memberikan kesempatan lebih luas kepada peserta didik untuk  secara aktif mengeksplorasi isu-isu aktual misalnya isu lingkungan, kesehatan, dan lainnya untuk  mendukung pengembangan karakter dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun