Mohon tunggu...
Jendry Kremilo
Jendry Kremilo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Eksploitasi Ekosistem Ber Tuhan Setengah-Setengah

25 April 2022   17:31 Diperbarui: 5 Mei 2022   19:27 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hilir mudik kendaraan,mulai meramaikan teduhnya pagi ini. kendaraan yang mulai ramai,memunculkan kepulan asap hitam, yang cukup mengganggu,kemudian saya melihat salah seorang warga membakar sampah pagi-pagi buta di bawah sebuah pepohonan beringin depan kos saya, beberapa helai daun jatuh berguguran, beberapa berwarna coklat. 

Saya membayangkan betapa memilukan nasib tumbuhan dikota-kota besar ini, selain polusi  asap kendaraan, pembakaran sampah membuat tumbuhan perlahan mulai meranggas.

Terkadang manusia itu gila mereka menyembah Tuhan yang tidak nyata, tetapi merusak alam ciptaan Tuhan yang nyata, untuk apa ber-Tuhan jika sifat-sifat eksplotatif kita masih ada, memandang alam sebagai bagian yang terpisah, sama halnya dengan meragukan Tuhan. 

Baru-baru ini, ilmuwan NASA melakukan aksi demo di Inggris untuk memberitahu pemerintah dan dunia bahwa bumi sedang tidak baik-baik saja dan membutuhkan pertolongan.

Mereka mengatakan bahwa manusia hanya memiliki waktu 3-5 tahun saja untuk memperbaiki kondisi bumi, terutama dengan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, sebelum bencana besar benar-benar datang dalam waktu dekat. 

Namun suara mereka, seolah sekadar hanya sebuah peringatan semata, padahal mereka memahami betul konsekuensi ekologis yang ditimbulkan jika lingkungan terus dieksploitasi.

Terkadang masalah besar manusia adalah memandang alam bukan sebagai pusat ekosistem, orang-orang cenderung merasa berhak mengontrol alam, asalkan punya protokol perizinan, yang membentengi mereka untuk berlaku disruptif terhadap alam.Tanpa menyadari bahwa alam adalah satu kesatuan utuh  dengan manusia, tanpa alam manusia bukan apa-apa.

Oleh karena itu, pola pikir semacam ini,pada galibnya harus dirombak dengan  meletakan dasar filosofis yang kuat bahwasannya alam dan manusia adalah ekosistem yang saling berhubungan erat dan melengkapi .

Hal itu sejalan dengan pemikiran Arne Naess dan Aldo Leopold ,mereka mempercayai bahwa, karena kemampuan berpikir secara abstrak, kita harus bertanggung jawab terhadap lingkungan. 

Tidak seperti hewan dengan kemampuan kognitif yang berkurang, kita dapat memikirkan konsekuensi jangka panjang dari berbagai hal dan, oleh karena itu, merupakan keharusan etis untuk melakukan segala yang mungkin berhubungan dengan perawatan ekosistem.

 Jadi,  harmoni dengan alam adalah kunci untuk hidup bersama dengan cara yang benar dan di mana sebagian besar penghuni planet mendapat manfaat dari fakta bahwa evolusi telah menciptakan spesies yang mampu memikirkan segalanya. Alih-alih memfokuskan keprihatinan kita pada aspek dangkal kehidupan sehari-hari, kita harus melihat ke belakang dan melindungi tempat kita berasal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun