Mohon tunggu...
Hendriko Handana
Hendriko Handana Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa, menulis suka-suka

Pria berdarah Minang. Seorang family man humble. Hobi membaca, menulis, dan berolahraga lari. "Tajamkan mata batin dengan mengasah goresan pena"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Papua, Adik Bungsu Nusantara

21 Agustus 2019   11:29 Diperbarui: 21 Agustus 2019   21:19 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: 21 Agustus 2019, Bandara DEO Sorong dengan kaca masih menganga akibat penyerangan dan kerusuhan tempo hari.

Bahkan, militer Indonesia berbekal alutsista Uni Soviet berupa kapal penjelajah, pesawat tempur, tank ampibi, dan lainnya, bertransformasi menjadi kekuatan yang sangat disegani.

Di bawah koordinasi Mayor Jenderal Soeharto selaku Panglima Operasi Mandala, pasukan payung Indonesia diterjunkan di Tanah Papua. Peristiwa ini kemudian menandai dimulainya operasi pembebasan Irian Barat. Kemudian disusul oleh ribuan Pasukan Gerak Tjepat (PGT) berisi  batalyon-batalyon tempur dan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) alias Kopassus.

Tidak sedikit energi dan materi yang dikerahkan oleh pendahulu Republik ini demi bersatunya Irian Barat ke pangkuan ibu pertiwi.

Kekuatan angkatan perang dimaksimalkan. Belum lagi nasionalisme nusantara kala itu makin membara. Dibakar semangat merajalela. Bersatu menentang kolonialisme Belanda. Tak sebanding dengan sekedar teriakan slogan "NKRI harga mati!". Selepas teriak seketika makan uang korupsi. Atau saling caci sesama anak negeri. Politik-politik kotor agar menang sendiri. Ahh... nasionalisme, Ndasmu!!!

~~~

Irian Barat, cikal bakal Papua, memang tidak sedari awal menjadi Indonesia. Mereka masih lanjut terjajah akibat kelicikan Belanda. Tapi, Indonesia terasa sumbing tanpa mereka. Kita pernah rasakan adik paling bungsu yang kala itu tahun 1999 telah hilang minggat dari rumah besar bersama. Timor Timur. Rasanya kehilang saudara memang menyakitkan. Namun yakinlah bahwa Indonesia terlanjur membekas di hati mereka. Buktinya, cukup banyak rakyat Timor membelot. Mereka menyatakan tetap Indonesia, terlanjur cinta.

~~~
Pergolakan etnis akibat isu rasialis semestinya sudah lewat. Kalau masih terjadi, artinya kita mundur jauh ke belakang. Bagaimana mungkin bangsa terkemuka macam kita justru kalah dari Afrika Selatan yang sudah menghapuskan hukum apartheid. Tidak, sekali lagi Indonesia tidak akan sejauh itu.

Etnis melanesia, mesti terlihat berbeda mereka tetap sama dengan umumnya kita. Kulit sawo matangmu itu belum tentu lebih sehat daripada kulit gelap mereka nan eksotis. Kau kira rambut pirang ala Eropa yang kau puja-puja lebih mulia dibanding rambut keriting tipis-tipis? Bahkan senyum mereka lebih manis daripada iklan pepsodent lantaran gigi terawat putih dan bersih. Tak sebanding dengan yang gigimu itu yang kuning penuh daki.

Kau yang meremehkan masyarakat Papua, sesekali kau berkunjunglah ke negeri paling timur nusantara itu. Kau akan lihat senyum-senyum ikhlas tak terkontaminasi. Kau akan rasakan tegur sapa hangat dari hati ke hati. Kau juga nikmati persahabatan tak butuh imbalan materi. Kau juga resapi langit-langit indah tanpa polusi.

~~~
Papua manise saudara kami. Janganlah bergundah hati. Kami-kami meski tak punya kuasa, daya, dan upaya, kami cinta sesama saudara. Memang, ada yang menyakitimu. Mereka memang kurang ajar. Tak pantas mewakili kita bangsa terpelajar.

Biarlah waktu berlalu meninggalkan kesan. Keadilan mesti ditegakkan. Proteslah sewajarnya, sama-sama kita jaga persatuan. Kita perbaiki kerusakan. Kita kawal upaya hukum dan tegakkan kebenaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun