Mohon tunggu...
Hendra Wattimena
Hendra Wattimena Mohon Tunggu... Mahasiswa - Alumni Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Pattimura

Blogger di www.sudutplambon.com, banyak membahas seputar dunia pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Balada Dosen Kolonial dan Kampus yang Tidak Ikut Perkembangan Zaman

15 Februari 2022   21:06 Diperbarui: 1 Mei 2022   09:47 3720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Program keren yang digagas oleh mantan Co Gojek tersebut, mempunyai harapan dapat menjawab tantangan perguruan tinggi untuk melahirkan lulusan yang sesuai dengan perkembangan zaman, kemajuan IPTEK, tuntutan dunia usaha dan industri, maupun dinamika masyarakat.

a-book-g7ab7823b5-1920-620bac271e0cba351470a223.jpg
a-book-g7ab7823b5-1920-620bac271e0cba351470a223.jpg

Dengan program Kampus Merdeka sangat diharapkan dapat memberikan pengalaman kontekstual kepada mahasiswa dalam meningkatkan kompetesi mereka secara utuh, siap kerja, atau menciptakan lapangan kerja baru.

Uniknya lagi, pembelajaan Kampus Merdeka memberikan tantangan serta kesempatan dalam pengembangan inovasi, kreativitas, kapasitas kepribadian, dan kebutuhan mahasiswa. Kampus Merdeka merupakan salah satu perwujudan pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa (student centered learning) yang sangat esensial.

Akan tetapi, dibalik kelebihan dari suatu program pasti ada kendala serta permasalahan yang terjadi. Masih banyak sekali kampus yang belum mengerti persoalan Kampus Merdeka ini, akibatnya program studi kebanyakan tidak mau memberikan konvers SKS bagi mahasiswa yang mengikuti kegiatan tersebut.

Alasan mereka beragam, mulai dari program studi yang tidak memiliki keterkaitan dengan program yang diikuti mahasiswa tersebut, sampai dengan alasan kalau program studi belum menerapkan kurikulum merdeka belajar.

Sumber:Pixabay.com
Sumber:Pixabay.com

Point yang saya sorot pertama, yakni prodi-prodi yang beralasan kalau belum menerapkan kurikulum  tersebut pada sistem pendidikan mereka, hal ini kan lucu. Kira-kira kerja apa saja mereka selama ini sampai tidak bisa mengurus persoalan tersebut. Padahal program ini sudah berlangsung sejak  2020 lalu.

Mungkin, mereka masih nyaman dengan sistem lama. Mereka tidak mau mengikuti perkembangan zaman untuk dapat menyesuaikan dengan keadaan sekarang, serta mereka lambat dalam menyesuaikan dengan keadaan yang terjadi. Jika alasan terkait bagaimana program yang diambil oleh mahasiswa  tidak relevan dengan keilmuan di prodi, maka bagi saya ini alasan yang sangat ketinggalan.

Perlu diketahui pendidikan kita tidak akan menentukan dimana nantinya kita bekerja, apa salahnya jika mahasiswa yang berkuliah di prodi ilmu pemerintahan belajar terkait bahasa pemograman? Kita lihat saja Menteri Kesehatan dia bukan seorang dokter. Dia adalah sarjana nuklir tapi bisa jadi Menteri Kesehatan dan rekam jejak karirnya  merupakan seorang bankir.

Memang program Kampus Merdeka sengaja dibuat agar mahasiswa bisa mempelajari hal baru di luar basic keilmuannya, kebanyakan program yang ditawarkan berkaitan seputar dunia digital. Persoalan mengenai teknologi digital inilah yang sangat dibutuhkan dimasa depan nanti, mahasiswa perlu dibekali dengan hal-hal seperti itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun