Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

"Tumbu Ketemu Tutup"; Malas Baca tapi Garang di Media Sosial

17 Juni 2021   18:45 Diperbarui: 19 Juni 2021   19:03 1125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Literasi media dalam bermedia sosial amat penting (foto ilustrasi: pixabay.com)

Sementara, riset bertajuk World's Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. 

Persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Padahal, dari segi penilaian infrastuktur untuk mendukung membaca, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa.

Pada sisi lain, ada 60 juta penduduk Indonesia yang memiliki gadget. Jumlah ini diperkirakan terus meningkat hingga 100 juta orang pada 2018, seperti dilansir oleh lembaga riset digital marketing Emarketer.

Dengan jumlah sebesar itu, Indonesia akan menjadi negara dengan pengguna aktif smartphone terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika.

Ironisnya, meski minat baca buku rendah tapi data Wearesocial per-Januari 2017 mengungkap orang Indonesia bisa menatap layar gadget kurang lebih 9 jam sehari. Dan, tidak heran juga dalam hal kecerewetan di media sosial, orang Indonesia mampu berada di urutan ke 5 dunia.

Tantangan 

Jadi apa yang bisa dipelajari dari data seperti di atas? Sudah daya literasinya dianggap rendah, tapi justru paling betah menatap layar gadget. Sudah begitu, cerewet dan garang lagi kalau sudah bermedsos.

Maka, jadilah kondisi ini ibarat peribahasa Jawa, "Tumbu ketemu Tutup". Tumbu adalah wadah nasi yang terbuat dari anyaman bambu. Agar nasi tidak kena debu atau didatangi hewan pembawa penyakit (lalat misalnya), maka ia perlu penutup (tutup). Jadi, klop, pas-lah ketika keduanya bertemu dan bersatu. Saling mengisi dan melengkapi.

Jadinya, orang yang kurang ber-literasi jadi sasaran empuk untuk penyebaran berita hoaks, informasi yang menyesatkan. Kecepatan jari untuk "like and share" (suka dan bagikan) melebihi kecepatan otak dalam menilainya.

Logis tidak, benar atau salah, bukan lagi menjadi yang utama. Prinsipnya asal sesuai kata hati (framing diri), itu yang lebih dipercaya dan disukai.

Harapan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun