Bahasa dapat digunakan sebagai pembangun karakter. Kecerdasaan berbahasa memungkinkan seseorang dapat mengembangkan karakter yang baik. Kecerdasan berbahasa merupakan salah satu wujud kecerdasan personal.
Begitulah inti dari salah satu teori dalam  pelajaran bahasa. Salah satuya adalah penggunaan sastra lisan, seperti peribahasa.
Peribahasa dianggap memiliki nilai sastra yang baik karena model atau cara pengungkapannya yang istimewa. Berbentuk singkat dan padat. Namun di balik itu, ia mengandung makna yang umum, bisa dipakai di mana saja. Dan yang lebih penting, punya nilai ajar dan rasa. Pelajaran tentang budi pekerti yang baik melalui penyampaian kata yang indah.
Peribahasa bentuknya bermacam-macam. Bisa berupa pepatah, perumpamaan, atau pameo. Ada kemiripan di antara ketiganya. Namun ada pula perbedaan dari penggolongan ini.
1. Pepatah
Pepatah berisi pesan atau nasihat atau ajaran dari para orang tua kepada generasi yang lebih muda. Seperti namanya, maka tujuan pengungkapannya adalah untuk mematahkan argumen orang lain yang dianggap keliru.
Salah satu pepatah yang paling terkenal adalah, "Tong kosong nyaring bunyinya." Artinya, orang yang tidak berilmu, banyak bualnya. Banyak omong, tapi tidak berisi.
Grup musik Slank pernah memakai pepatah ini lewat lagunya berjudul "Tong Kosong". Â Salah satu penggalan syairnya disebutkan begini:
Tong kosong nyaring bunyinya
Klentang-klentong kosong banyak bicara
Oceh sana-sini nggak ada isi
Otak udang ngomongnya sembarang
 Konon lagu ini diciptakan untuk mengkrtik mereka yang suka kebanyakan omong, tapi sebenarnya yang disampaikan tadi tak banyak gunanya. Â
Pemakaian peribahasa yang sudah terkenal ini tentu lebih memudahkan penikmat atau pendengar. Kira-kira pesan apa yang hendak disampaikan melalui syair lagu yang diciptakan tadi.
Bagi generasi yang tak paham, tentu ini juga dapat menjadi sebuah pelajaran baru. Lewat musik, secara tak langsung, bisa tahu ada kalimat seperti itu. "Oh, kalau bentuk seperti ini namanya pepatah."
2. Perumpamaan
Perumpamaan adalah peribahasa yang berupa perbandingan. Secara eksplisit biasanya digunakan kata: "seperti, Â sebagai, Â bagaikan, Â bak, laksana, seumpama", dan sejenisnya. Namun ada kalanya tanpa ada kata-kata tersebut yang menyertai.
Perumpamaan biasanya dipakai untuk menggambarkan sesuatu yang abstrak dengan sesuatu yang konkret dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya nama benda (minyak, air), hewan (gajah kerbau), alam (pohon, rumput) dan lain-lain.
Perumpamaan terkenal  yang ada kata khas misalnya:
- Seperti kucing dengan anjing; artinya orang yang tidak pernah bisa akur atau berdamai.
- Bagai makan buah si malakama. Dimakan, ibu mati. Tidak dimakan, bapak mati. Artinya, sebuahkeadaan atau kondisi  serba sulit dalam menentukan sikap atau tindakan.
Tanpa ada kata khusus misalnya "Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang."
Dalam keseharian, biasanya kalau ada peristiwa kematian. Orang besar (ternama), bila ia mati akan meninggalkan kenangan atas jasa yang besarnya. Kebaikan seseorang akan dikenang kalau ia semasa hidupnya juga banyak berbuat baik. Pun sebaliknya, orang yang perangainya buruk, ketika meninggal, itu juga yang akan dikenang orang yang masih hidup.
***
Pemakaian perumpamaan banyak dipakai dalam lagu. Kebanyakan bertema cinta. Entah cinta yang happy atau sad ending. Berakhir bahagia atau berujung sedih. Bisa juga cinta kepada Sang Mahakuasa.
Misalnya, grup Potret dengan lagunya "Bagaikan Langit" yang menceritakan perasaan cinta. Salah satu bagian syairnya berbunyi demikian:
Bagaikan langit di sore hari
Berwarna biru, sebiru hatiku
Menanti kabar yang aku tunggu
Peluk dan cium hangatnya untukku
Â
Berkebalikan dengan itu, penyanyi Kirey juga pernah mendendangkan lagu berjudul "Bagai Air di Daun Talas." Sebagian kata yang dilantunkan demikian:
Bagai air di daun talas
Mana mungkin cinta kan terbalas
Buat apa dan percuma saja
Bila bersama tak pernah bersatu
Jalan terbaik kita berpisah
Dalam lirik lagu rohani, misalnya ada lagu berjudul "Seperti Rusa Rindu Sungai-Mu". Pencipta lagu memakai sebuah perumpamaan untuk menceritakan pesan. Penggalan liriknya demikian:
S'perti rusa rindu sungai-Mu
Jiwaku rindu Engkau
Kaulah Tuhan hasrat hatiku
Kurindu menyembah-Mu Â
3. Pameo
Pameo adalah jenis peribahasa yang dijadkan semboyan atau moto.Â
Kata-kata ini sebenarnya sudah jamak diketahui, hanya saja tak tahu ini termasuk apa. Misalnya semboyan dari PMK (Pemadam Kebakaran): "Pantang pulang sebelum padam." Artinya selesaikan tugas hingga tuntas, jangan pulang dulu sebelum kebakaran dapat dipadamkan selueruhnya.
Atau juga kata-kata "Malu bertanya sesat di jalan." Pasti banyak yang sudah paham. Malah sering jadi bahan canda, "Malu bertanya, ya jangan nanya" hehe...
Sebuah kalimat yang berarti orang yang malu bertanya kepada ahlinya atau kepada orang berilmu, dia akan tersesat atau tidak mendapat pengetahuan yang diinginkannya.
Nah, kalau dalam lagu, yang banyak adalah dalam bentuk nasionalisme, kepahlawanan, perjuangan. Misalnya lagu "Pantang Mundur" yang diciptakan dan dinyanyikan oleh Titiek Puspa. Potongan syairnya demikian:
Jadikan daku semangat
Terus maju pantang mundur
Slogan, semboyan, moto  pembangkit semangat yang rasanya memang lebih bisa mengena dengan sebuah lagu.
Penutup
Ada banyak cara untuk mengajarkan peribahasa. Dunia berubah. Cara pengajaran juga perlu berubah. Mengikuti perkembangan masa.
Manfaat yang baik dari kecerdasan berbahasa, sangat perlu dan terus dikembangkan. Demi meningkatkan kualitas literasi bangsa dan mampu melawan hoaks yang terus bertebaran.
10 Juni 2021
Hendra Setiawan
*) Terkait sebelumnya: Â Peribahasa dalam KeseharianÂ