Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulis dan Penghargaan di Hari Lansia

30 Mei 2021   19:19 Diperbarui: 30 Mei 2021   19:42 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolase gambar dari pexels.com

Arswendo Atmowiloto, jurnalis, pengarang, dan penulis cerita Keluarga Cemara pernah membuat karya laris. Buku yang berisi 310 tanya jawab itu diberi judul "Mengarang Itu Gampang" dan diterbitkan GPU (Gramedia Pustaka Utama) tahun 2004.

Pada buku setebal 118 halaman itu, ia menuturkan bahwa mengarang itu bisa dilakukan oleh siapa saja. Dari anak-anak, remaja, orang tua, bahkan pensiunan. Seperti naik sepede atau berenang, sekali menguasai bisa seterusnya.

Dalam mengarang itu, yang diperlukan hanyalah mengenal unsur-unsurnya, seperti: ide, cara menyusun, menggambarkan tokoh. Selebihnya latihan. Asalkan seseorang bukan buta huruf total, semua orang bisa mengarang.

Wkwkwkwk... ya, iyalah, Oom. Baca huruf saja tak mampu, kok mau mengarang? Mengarang cerita alias mengada-ada namanya, hehe...

Ya, mengarang alias menulis itu sebenarnya masalah kebiasaan juga. Toh dari SD sudah ada pelajaran Bahasa Indonesia. Salah satunya juga mengarang bebas. Bahkan SMP, SMA saja juga ada pelajaran membuat tugas atau laporan. Itu juga mengarang.

Tahap yang lebih tinggi, tingkat sarjana, ada tugas me-review, membuat makalah, dan tugas akhir skripsi. Malah lebih berat.

Lha, sekarang menulis artikel 1 halaman saja sepertinya kok susah amat, ya? Apakah karena tidak lagi sekolah? Jadi tidak ada yang membebani. Tidak ada hukuman dan penilaian. Jadi kemampuannya dalam mengarang tidak lagi teroptimalkan.

Bisa jadi begitu... Menulis kalau tidak dapat reward (hadiah), juga buat apa? Apa hanya untuk senang-senang belaka? Seperti melampiaskan kata-kata yang dulu pernah dibuat di buku harian alias diary.

Hari Lansia dan Penghargaan

Sabtu kemarin, 29 Mei sebenarnya ada peringatan Hari Lanjut Usia (Lansia). Tapi gaungnya tampaknya minim, kurang perhatian.

Memang, seperti itulah kenyataannya. Seperti kata petuah bijak. Orang tua bisa mengasuh anak berapapun banyaknya. Tetapi banyak anak atau seberapapun jumlah anak dalam satu keluarga, belum tentu bisa 'mengasuh' orang tuanya sendiri.

'Mengasuh' orang tua di sini artinya merawat dan membahagiakannya di kala usia sudah senja atau sudah memasuki masa lansia.

Orang tua yang satu bisa mempersatukan banyak anak yang sudah pada beranjak dewasa. Mereka yang sudah mampu hidup mandiri, punya pekerjaan dan rumah sendiri.

Anak-anak yang saling menyebar, termasuk tinggal di luar kota, provinsi, pulau, bahkan mancanegara. Suatu ketika karena orang tua, mereka bisa kembali berkumpul bersama. Tidak ada alasan untuk tidak menjumpai orang tua. Jarak dan tempat bukan menjadi alasan utama untuk tidak bisa bertemu orang tua.

Coba, bila sang orang tua sudah tiada lagi. Apa bisa satu keluarga itu mampu berkumpul kembali seperti dulu, semasa orang tua masih ada? Belum tentu. Malah bisa sebaliknya. Apalagi sudah terbentur masalah rumah tangga sendiri. Terbentur faktor kesibukan. Dan berbagai alasan manusiawi yang lainnya.

Mencatat Kenangan

Barangkali ada benarnya juga, kalau fase kehidupan itu kembali seperti bayi. Jadi orang tua atau lannsia, makin bertambah umur, butuh juga perhatian lebih (extra). Sama seperti adik bayi. Gampang rewel bila tak cocok. Sebab kita tak tahu pasti apa yang sedang diinginkannya.

Senyampang, buat yang masih punya orang tua, dan khusunya lansia. Bantulah mereka untuk tetap punya daya tahan dan semangat yang tinggi dalam mengisi hari-hari mereka. Mengingat kondisi fisik juga akan terus melemah. Hukum alam ini.

Kita hanya bisa membantu mencegah lannsia agar jangan sampai jatuh sakit, karena penanganannya lebih berat. Membuatnya bergembira bisa menjadi salah satu obat mujarab. Seperti syair lagu dan kata bijak, "Hati yang gembira adalah obat."

Nah, dalam rangka Hari Lansia tersebut, bagaimana misalnya jika itu dipergunakan juga sebagai salah satu cara melatih kepekaan dalam mengarang alias menulis.

Pasti asyik ya... Misalnya ada semacam serial BLB (Buku Lansia Berkarya) Masa yang ada cuma serial buku KKPK (Kecil Kecil Punya Karya). Tapi buat lansia kok belum menemukannya.  

Justru yang banyak adalah buku semacam tips kesehatan. Bagaimana caranya menjadi tua tapi tetap sehat dan bugar. Pantangan makanan apa saja yang tidak boleh dikonsumsi. Mengisi waktu luang buat lansia agar tetap produktif. Dan yang pasti, buku rohani pun malah isinya mengajak lansia siap sedia bila saatnya tiba. Ops...:)

Terbitan semacam BLB, tentu saja akan memicu lansia untuk tetap bisa produktif di usia senja. Lumayan juga, dampak baiknya bisa mengatasi pikun. Penyakit kebanyakan lansia. Ada yang punya ide lain?

30 Mei 2021    

Hendra Setiawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun