Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Si Kuning Blue Moon (Kisah Sang Tetra Rembulan-1/2)

24 Mei 2019   18:00 Diperbarui: 24 Mei 2019   18:27 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yuhu... Ada apa lagi ini? Blue itu kan biru? Kalau kuning kan yellow? Mengapa si kuning disebut blue?

Tenang... Ini cuma istilah semata. Simak penjelasannya kemudian, ya...

Seperti foto yang ditampilkan di sini. Itu bukan editan ganti warna. Tapi hasilnya memang begitu.... Seperti direkam oleh mata lensa kamera. Beda sedikit dengan mata biasa, tapi tidak berbeda jauh, kok...

Purnama Ekstra

Fenonema bulan purnama yang terjadi di bulan Mei 2019 ini sebenarnya bulan purnama ‘biasa’. Menjadi ‘tidak biasa’ karena adanya ekstra tadi.

Yup, masa purnama kali ini bertambah lebih lama dari biasanya. Fenomena langit malam ini  terjadi untuk kali yang ketiga dari empat bulan purnama di musim ini. Maka, ia dikenal sebagai ‘Bulan Biru’ alias Blue Moon. Bulan tambahan.

Biasanya, hanya ada tiga bulan penuh di setiap musim dalam setahun. Tetapi karena bulan purnama terjadi setiap 29,53 hari, maka kadang-kadang satu musim akan berisi 4 bulan penuh.

Penghitungan musim ini dilakukan sejak terjadinya equinox pada 21 Maret hingga titik balik matahari di 21 Juni 2019. Tercatat, akan ada empat purnama, yaitu tanggal 21 Maret, 19 April, 18 Mei (atau 19 Mei di Indonesia) yang disebut Blue Moon, dan 17 Juni 2019 mendatang.

Equinox? Tak tahu artinya? Tenang... Sabar... Equinox ini adalah peristiwa saat matahari tepat melewati garis ekuator bumi. Kondisi tersebut menjadi penanda awal musim semi di belahan bumi utara dan awal musim gugur di belahan bumi selatan.

Nah, balik lagi ke bahasan awal... Bulan purnama "ekstra musim" inilah yang dikenal sebagai Blue Moon alias Bulan Biru. Bulan Biru terjadi rata-rata setiap 2,7 tahun sekali.

Fenomena Blue Moon itu secara umum dapat disaksikan pada hari Sabtu, 18 Mei 2019. Namun, di langit Indonesia, secara khusus terjadi pada hari Minggu, 19 Mei 2019. Fase ini terjadi pada 05.11 WIB.

Jadi, ... secara fisik, Blue Moon tidaklah berarti bulan berubah menjadi berwarna biru seperti namanya. Ia tetap berwarna putih polos bersinar seperti dalam pandangan mata telanjang. Atau  putih kehitaman alias abu-abu seperti memang demikian semestinya yang normal. Atau bisa juga beraneka warna seperti semu kuning atau merah. Seperti yang ditampilkan dalam foto-foto berikutnya.

So, begitulah ternyata kisahnya. Kalaupun ada warna biru, maka itu adalah warna langitnya, bukan pada bulannya. Bulan tetap tampil putih, apapun warna langitnya. Baik itu malam hari, pagi menjelang datangnya mentari, ataupun siang dan sore hari sekalipun.

Oh, ya... suku asli Amerika Serikat, Indian, menyebut kalau bulan ini sebagai Full Flower Moon. Alasannya karena bersamaan dengan datangnya musim semi, saat bunga mulai bermekaran.

Bulan dan Peristiwa Keagamaan

Disadari atau tidak, dalam sejarah peradaban manusia dan kebudayaan yang ada di dunia, bulan menjadi patokan dalam penyelenggaraan ibadah atau ritus keagamaan.

Bulan Mei ini, Ramadan, umat Islam menjalankan ibadah puasa dengan berpatokan pada saat datangnya bulan awal dan bulan akhir. Sekitar 30 hari sesuai umur bulan mulai muncul dan menghilang. Lalu berganti bulan baru kembali.

Sebelumnya, umat kristiani (Katolik, Protestan) juga merayakan Paskah, yang juga jatuh setelah peristiwa bulan purnama. Tahun ini terjadi menjelang akhir April lalu, bertepatan dengan Hari Kartini. Lihat link tulisan kedua di bagian akhir tulisan ini.

Nah, di pekan ini, 19 Mei 2019 (rupanya tanggal cantik 19-5-19, hehe...), di kalender Indonesia jatuh pada hari Minggu. Tidak banyak yang memperhatikan, ternyata itu adalah peristiwa suci bagi saudara/i umat Budha. Ya, mereka tengah merayakan trihari sucinya, Waisak.

Trihari suci itu adalah tiga peristiwa bersejarah yang terjadi pada waktu yang sama, meskipun berbeda masa tahunnya. Peristiwa pertama adalah lahirnya Sidharta Gautama pada tahun 623 SM,  yang merupakan penemu dan pencetus Agama Buddha. 

Peristiwa kedua adalah saat Sidharta Gautama mencapai Penerangan Agung dan menjadi Buddha di usia 35 tahun, yakni tahun 588 SM. Peristiwa ketiga adalah ketika Buddha Gautama wafat pada usia 80 tahun di tahun 543 SM.

Tentu, keberadaan Hari Raya Waisak yang dirayakan dalam bulan Mei tersebut tergolong peristiwa istimewa dalam lintasan fenomena astronomi. Yaitu terkait adanya purnama sidhi ekstra alias Bluemoon.

Sementara itu, pumama juga merupakan hari suci bagi umat Hindu. Waktu khusus yang harus disucikan dan dirayakan untuk memohon waranugraha dari Hyang Widhi, berupa keselamatan dan kesucian lahir batin.

Bulan dan Kebersamaan

Melihat fenomena langit yang indah seperti dalam foto yang menjadi ilustrasi di atas, rasanya membahagiakan pula bila bisa melihat keharmonisan keragaman keberagamaan masyarakat yang tinggal di bumi Nusantara ini.

Alam juga dapat memberikan pelajaran yang berharga untuk kesatuan umat manusia di bumi ini. Semua dapat memandang pada satu objek yang sama. Namun bisa mengekspresikan kekayaan iman dengan caranya masing-masing.

Semua agama dan kepercayaan, percaya (mengimani) bahwa peristiwa alam yang indah itu adalah buah karya Sang Pencipta. Ada maksud, ada tujuannya. Supaya bisa mensyukuri karunia ciptaan semesta. Tidak untuk dinikmati sekumpulan dan segolongan umat. Namun bagi siapa saja yang bisa menghargai kebesaran dan keagungan karya Sang Penciptanya.

Satelit bumi alias bulan itu ya cuma satu. Tapi tidak perlu dan tak bisa kan, lantas ada yang mengklaim sebagai benda langit yang disakralkan oleh penganut kepercayaan yang tunggal. Semua boleh dan bisa menikmatinya bersama-sama. Dengan laku imannya masing-masing.

Oh ya, buat saudara/i yang merayakan, semoga tidak terlambat ucapan ini: "Selamat Hari Raya Waisak 2563 BE Tahun 2019. Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta. Semoga semua makhluk berbahagia. Sadhu... Sadhu... Sadhu..."

Bersambung Bagian II: "[Foto] Tetra Rembulan dan Konjungsi Planet (Kisah Sang Tetra Rembulan - 2/2)" https://www.kompasiana.com/hendra.setiawan/5ce6700b95760e2d545e2053/foto-tetra-rembulan-dan-konjungsi-planet-kisah-sang-tetra-rembulan-2-2

© Hendra Setiawan

Tulisan sebelumnya yang terkait:

1. Kisah Tetra Purnama

https://www.kompasiana.com/hendra.setiawan/5cbc477ecc528314ca206178/kisah-tetra-purnama

2. Purnama di Sabtu Sunyi (Paskah dan Fenomena Semesta)

https://www.kompasiana.com/hendra.setiawan/5abf6e6edcad5b6b917fcdc2/purnama-di-sabtu-sunyi-paskah-dan-fenomena-semesta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun