Di puncak penderitaan, datang. Ignace duduk di perpustakaan, memandang naskahnya. Entri-entri yang dulu ia tulis dengan kebencian, kini terasa kosong. “Mungkin Baroness benar,” bisiknya. “Mungkin dusta yang dirayakan bersama lebih membahagiakan daripada kebenaran yang menyendatkan...”
Ia meraih pena. Di halaman baru, ia menulis:
“Kegelapan yang Tersusun Rapi: Ensiklopedia Vérité”
Penulis terkutuk ini akhirnya paham: kebenaran terlalu dingin untuk dunia yang gemar berbohong demi kehangatan. Maka ia memilih diam. Biarkan dusta-dusta bermata berlian terus menari. Mereka lebih indah.
Tetapi tangannya bergetar. Di cermin, ia melihat bayangan Jules—bocah yang selamat karena satu kebenaran yang ia ucapkan. Pena jatuh. Api unggun menyala di perapian.
Asap membubung membawa lembar-lembar Ensiklopedia Kesalahan Umum. Ignace memandang huruf-huruf yang mengerang dalam api. “Aku bukan pahlawan,” gumamnya. “Hanya pengumpul dusta yang akhirnya termakan dustanya sendiri.” Di luar, salon-salon tetap berkilau. Kabut dusta abadi.
-Tamat-
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI